Halaman

Label

Senin, 07 Mei 2012

Retorika


Bab I
RETORIKA
A.    PENGERTIAN RETORIKA
1.      Arti  retorika
Retorika berarti  kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alami dan keterampilan teknis
2.      Retorika, Dialektika, dan Elocutio
Dialektika adalah metode untuk mencari  kebenaran lewat diskusi dan debat
Elocutio berarti kelancaran berbicara

B.     APAKAH RETORIKA DAPAT DIPELAJARI?
1.      Demosthenes (384-322)
2.      Winston Churchill (1874-1965)
C.    PEMBAGIAN RETORIKA
Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa(Linguistik), khususnya ilmu bina  bicara. Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
1.      Monologika
Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, di mana hanya seorang yang berbicara.
2.      Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebihbebicara dalam suatu prases pembicaraaan
3.      Pembinaan teknik berbicara
Teknik berbicara merupakan syarat bagi retorika.
D.    ALASAN UNTUK MEMPELAJARI RETORIKA
Umumnya dalam masyarakat dibutuhkan pemimpin yang berpengaruh, yang memiliki kepandaian dalam hal berbicara. Menguasai kesangguapan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah. Dalam Sejarah Dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrument utama untuk mempengaruhi massa. Pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkutan dalam bidang dibawah ini :
  1. Kemampuan pribadi
  2. Keberhasilan pribadi
  3. Tugas dan Jabatan
  4. Kehidupan pada umumnya
Retorika adalah alat penting untuk mempengaruhi dan menguasai manusia. Siapa yang menguasai ilmu retorika dan mempergunakanya secara wajar akan mendapat sukses dalam hidup dan karyanya.

E.     SEJARAH RETORIKA
Secara sistematis ilmu retorika dikembangkan pertama kali di Yunani. Pembeberan mengenai kepandaian berbicara dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama Techne rhetorike, yang berarti ilmu tentang seni berbicara.
Perkembangan ilmu retorika secara garis besar yang berawal dari zaman kuno, berlanjut sampai dewasa  ini.
  1. Zaman Yunani Kuno
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di dalam ruangan pengadilan. Namun lambat laun orang berpikir bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin Negara., maka orang mulain menyusun dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Retorika harus mencari kebenaran dan bukanya  mempermainkan kata-kata kosong.
  1. Zaman Romawi Kuno
Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembang di Yunani. Oleh karenanya ilmu retorika mulain diberikan di sekolah-sekolah. Orang-orang Romawi yang terkenal dalam ilmu retorika adalah :
Cato Senior (234-149)
Ia terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk membinasakan kota Cartago di Afrika Utara.
Orang Romawi, dalam perkembangan selanjutnya membina suatu ilmu retorika dan dialektika, yang cocok untuk para pembela perkara, pimpinan pemerintahan dan kaum militer.
Marcus Tullius Cicero (106-44)
Marcus Tullius Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari Kekaisaran Romawi hingga saat ini. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan Catilina. Ia juga menulis mengenai teori berpidato, yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika.
Gaius Julius Caesar (100-44)
Julius Caesar merupakan dictator. Soal kepandaian berpidato dan berperang, Caesar adalah orang yang paling masyhur dan teepat. Sepenggal retorikanya yang paling baik adalah ketika retorikanya menimbulkan motivasi secara psikologis yang menunjukan betapa kuat daya sugersi Caesar yang mau mengakhiri Negara Republik Romawi.
Quintilianus (35-100)
Quintilianus adalah seorang guru ilmu retorika. Quintilianus menulis 12 buku sebagai pengantar ke dalam ilmu retorika. Karyanya masih terkenal dan masih sangat mempengaruhi ilmu retorika hingga saat ini.. tetapi bersama runtuhnya Kekaisaran Romawi, lenyaplah juga kejayaan ilmu retorika. Ilmu retorika sebagai wadah untuk menguasai manusia, terhapus dari panggung pilotik zaman kuno.

  1. Abad Pertengahan
Sekitar abad pertengahan ilmu berkhotbah berkembang pesat di bawah Ordo Dominika. Selama abad pertengahan ilmu retorika mencapai titik dalamnya. Penyelidikan dan pendalaman ilmu retorika ditekan, sehingga perkembangan lanjut yang kreatif menjadi kerdil. Selain itu ilmu retorika, kepandaian berbicara pada zaman ini, juga sering disalahgunakan di dalam gereja.
  1. Zaman Renaisans dan Humanisme
Antara abad 14-16 berkembanglah Ranaisans di Italia. Sejalan dengan ini, muncul juga suatu pemahaman baru terhadap zaman Romawi-Yunani kuno, sehingga ilmu retorika pun berkembang kembali.
  1. Zaman Modern
Negara yang berjasa untuk mengembangkan ilmu retorika dalam zaman modern adalah Prancis
F.     RETORIKA SEBAGAI SATU PROSES KOMUNIKASI
1.      Apa itu Komunikasi?
Komunikasi adalah saling hubungan antara komunikator dan resepiens, di mana komunikator menyampaikan suatu pesan kepada resepiens, melalui medium untuk mencapai suatu tuuan tertentu.
2.      Retorika sebagai Proses Komunikasi
Aspek-aspek komunikasi retoris sebagai berikut:
a.       Seorang pembicara
b.      Seorang pendengar
c.       Ada maksud dan tujuan tertentu
d.      Memberikan argument terhadap pembicaraan
e.       Sambil mendengar dan mempertimbvangkan argument balik dari pendengar
3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Retoris
a.       Pada Komunikator
1)      Pengetahuan tentang komunikasi dan ketrampilan berkomunikasi
2)      Sikap komunikator
3)      Pengetahuan umum
4)      System social
5)      System kebudayaan

b.      Pada Resepiens
1)      Pengetahuan tentang komunikasi dan ketrampilan berkomunikasi
2)      Sikap resepiens
3)      System social dan kebudayan
c.       Pada Pesan dan Medium
1)      Elemen-elemen pesan
2)      Struktur pesan
3)      Isi pesan
4)      Proses pembeberan
4.      Kegunaan Komunikasi Retoris
Komunikasi retoris penting supaya apa yang diucapkan dapat didengar, apa yang didengar dapat dimengerti, apa yang dimengerti dapat disetujui, apa yang disetujui dapat diterima, apa yang diterima dapat dihayati, dan apa yang dihayati dapat mengubah tingkah laku
Bab II
MONOLOGIKA
A.    JENIS-JENIS PIDATO
Faktor-faktor yang menjadi patokan untuk menentukan jenis-jenis pidato adalah:
1.      Bidang politik
Jenis-jenis pidato politik;
-          Pidato knegaraan
-          Pidato parlemen
-          Pidato pada perayaan nasional
-          Pidato pada kesempatan demonstrasi
-          Pidato kampanye
2.      Kesempatan khusus
Jenis-jenis pidato;
-          Pidato ucapan selamat datang
-          Pidato untuk membrikan motivasi
-          Pidato ucapan syukur
-          Pidato pembukaan dan Pidato penutup
3.      Kesempatan resmi
Jenis-jenis pidatonya;
-          Pidato Hari Ulang Tahun(HUT)
-          Pidato pernikahan
-          Pidato perpisahan
-          Pidato pelantikan
-          Pidato pesta perak dan pesta emas
4.      Pertemuan informatif
Jenis-jenis pidato yang dibawakan pada kesempaatan ini bersifat sungguh, objektif, dan rasional.
Jenis-jenis pidato informatif adalah;
-          Kuliah
-          Ceramah
-          Referat/ Makalah
-          Pengajaran
-          Wejangan informatif
B.     CIRI-CIRI PIDATO YANG BAIK
1.      Pidato harus saklik
Pidato itu saklik apabila memiliki objektivitas  dan unsur-unsur yang mengandung kebenaran
2.      Pidato harus jelas
Kalimat pidato harus jelas supaya tidak terjadi salah tangkap dari pidato yang disampaikan
3.      Pidato harus hidup
Untuk menghidupkan pidato dapat menggunakan gambar, cerita pendek, atau kejadian yang relevan sehingga memancing perhatian pendengar
4.      Pidato harus memiliki tujuan
Pidato harus mempunyai tujuan, yaitu  apa yang mau dicapai
5.      Pidato harus memiliki klimaks
Agar pidato tidak membosankan, dalam penggunaannya sebaiknya menggunakan gaya bahasa klimaks pada kejadian-kejadian tretentu sehingga memperbesar ketegangan dan meningkatkan rasa ingin tahu pendengar.
6.      Pidato harus memiliki pengulangan
Pengulangan atau rerundans itu penting karena dapat memperkuat isi pidato dan pengertian pendengar
7.      Pidato harus berisi hal-hal yang sangat mengejutkan
Memunculkan hal-hal yang mengejutkan dapat menimbulka hal-hal yang baru dan menarik antara kenyataan d-kenyataan yang dalam situasi biasa tak dapat terlihats
8.      Pidato harus dibatasi
Pidato tidak boleh membeberkan  segala soal atau masalah dalam satu pidato. Oleh karena itu pidato harus dibatasi pada satu atau dua masalah yang tertentu saja
9.      Pidato harus mengandung humor
Humor dalam pidato dapat menghidupkan pidato dan memberi kesan tak terlupakan pada para pendengar
C.    SKEMA PIDATO
1.       Tujuan skema pidato
Untuk mempermudah saat berpidato dan untuk meredusir rasa takut dan cemas dan ketegangan saat konsentrasi terlalu tinggi
2.      Skema pidato
a.       Skema lima kalimat
1)      Mengapa justru lima kalimat
2)      Kemungkinan-kemungkinan dalam menggunakan skema lima kalimat
b.      Skema lima W
1)      Siapa (wer)
2)      Apa (was)
3)      Dengan apa(womit)
4)      Bagaimana (wie)
5)      Kapan(wohn)
c.       Skema menurut Aphtonius
1)      Tema pidato
2)      Penjeladan
3)      Pendasaran
4)      Pikiran dan pendapat yang berlawanan
5)      Perbandingan
6)      Contoh
7)      Pembuktian
8)      Penutup
d.      Skema tiga bagian (model skema Cicero)
1)      Pendahuluan
2)      Isi pidato (bahan utama)
3)      Penutup
D.    TEKNIK MEMPERSIAPKAN PIDATO
1.       Sumber untuk Menemukan Bahan Pidato
Orang yang mau mempersiapkan pidato, harus selalu membuka mata dan telinga terhadap informasi-informasi baru dan istimewa. Dengan kata lain, dia harus menemukan sumber-sumber dari mana ia dapa menemukan dan memperdalam tema yang akan dibahas. Diantaranya dengan memperhatikan:

a.       Menemukan dan menyimpan bahan
b.      Sumber bahan
c.       Teknik membaca
d.      Bantuan dari orang lain
e.       Pada tempat-tempat yang dikunjungi
f.       Daftar literatur
g.      Radio dan televisi
h.      Toko buku
i.        Buku-buku penting yang harus dimiliki

2.      Teknik Mempersiapkan Pidato
a.       Persiapan Umum
Mempersiapkan pidato adalah suatu pekerjaan yang menuntut daya cipta dan usaha dari orang bersangkutan. Hamilton memberikan secara singkat 5 ketentuan umum dalam mempersiapkan pidato:
1.      Mencari dan menemukan apa yang mau dikatakan/disampaikan.
2.      Menyusun bahan yang dikumpulkan, secara benar dan dibubuhi humor.
3.      Menghiasi dengan gaya bahasa yang baik.
4.      Menguasai pidato yang disiapkan.
5.      Membawakannya dengan semangat dan penuh rasa harga diri.
Sepuluh langkah dalam mempersiapkan pidato:
1.      Mengumpulkan bahan.
2.      Menyortir bahan dan menyusunnya.
3.      Merenungi bahan (meditasi, menghubungkan bagian-bagian yang lepas, memberikan pada bahan-bahan tertentu).
4.      Rancangan pidato (sementara).
5.      Perbaikan dalam soa gaya pada bagian utama pidato.
6.      Menyusun kata pembukaan dan penutup.
7.      Mengontrol secara umum.
8.      Penulisan terakhir dalam kata-kata kunci.
9.      Penguasaan pidato.
10.  Penguasaan secara retoris (mencoba membawakannya).

b.      Persiapan Khusus
1)   Langkah-langkah persiapan khusus
a)      Mengumpulkan bahan
Kumpulkanlah bahan untuk pidato atau ceramah anda jauh har sebelumnya karena banyak pidato yang dangkal karena dipersiapkan dalam waktu singkat. Bahan harus dikumpulkan dalam perspektif yang luaas, artinya bukan saja untuk pidato tertentu yang akan dibawakan, tetapi juga untuk kesempatan-kesempatan lain. Dalam mengumpulkan bahan ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu: sumber untuk mengumpulkan bahan, pisahkan bahan dengan jelas jika terdapat bahan asing, dan kemuncullan ide-ide yang muncul ketika menuliskan pidato.
b)      Menyortir bahan dan menyusun skema pidato
Menyortir bahan dan menyusun skema pidato merupakan satu kesatuan proses. Ketika menyeleksi bahan, orang juga mulai memikirkan skema pidato itu. Patokan yang harus diperhatikan ketika menyortir  yaitu; pilihlah pikiran yang baik, yang utama pisahkan dari yang kurang utama, jangan terlalu banyak mengumpulkan bahan untuk pidato.
c)      Merenungi bahan
Dalam fase ini adalah menghubungkan satu bahan dengan yang lainnya kemudian memberikan komentar yang perlu. Hal ini dkarenakan ada dua faktor penting dalam karya ilmiah yakni mendalami bahan itu satu-persatu; dan menghubungkan satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain. Ini adalah fase terpenting, fase meditasi.
d) Rumusan pertama dengan menggunakan kata kunci
Setelah hasil dari bahan yang dikumpulkan diperoleh, hendaknhya kita menuliskan kata-kata kunci yang susunannya menggambarkan scara umum rincian atau konsep pidato yang akan kita sampaikan. Rumusan-rumusan yang dianggap baik sebaiknya ditulis dengan kalimat yang jelas. Bagian yang lebih penting digaris bawahi daripada bagian yang kurang penting
e)      Mengontrol secara umum
Kontrol secara umum bermaksud untuk meninjau kembali teks pidato, jikalau ada yang berlebihan dan kurang cocok kemudian menghilangkan bagian tersebut.
f)       Menguasai pidato berdasarkan jalan pikiran yang logis.
Dalam hal ini, sebaiknya pidato tidak dihafallkan, tetapi berusaha menguasainya berdasarkan susunan jalan pikiran yang logis.
g)      Mencoba berpidato
Untuk menguji daya ingat dan pemahaman terhadap teks pidato, cobalah berpidato dalam keadaan diam, hanya pikiran saja tanpa menggerakkan bibir mulai dari pembukaan sampai simpulan akhir.

c.       Bagian Pendahuluan Pidato
Tugas bagian pendahuluan pidato peertama-tama adalah menciptakan keserasian pemikiran antara pembicara dan pendengar, dan menghantar pendengar masuk ke dalam masalah dan bahan yang dibeberkan.
1)      Teknik Menjadikan Pendahuluan Efektif
Ada empat teknik yang dapat dipergunakan untun mengefektifkan bagian pendahuluan pidato, yaitu: memancing perhatian pendengar yakni dengan menciptakan hubungan batin yang hangat dengan pendengar; cerita yang memukau pendengar yakni dengan menciptakan situasi untuk senang mendengar; mengemukakan pertanyaan yakni memancing pendengar untuk berpikir kritis; dan langsung ke tema yakni pembicara langsung masuk ke dalam tema tanpa ada uraian pendahuluan
2)      Sifat-sifat Pendahuluan
Sifat-pendahuluan yang baik, memiliki ciri-ciri diantaranya: Tidak terlalu panjang; jelas dan menyenangkan; dan tidak memulai pidato dengan menggunakan “kalau”, “andaikan”, dan “apabila”.
d.      Penutup Pidato
Penutup pidato harus memiliki efektivitas tinggi; artinya satu pikiran yang padat isinya sehingga mampu meyakinkan dan menguasai pendengar. Penutup yang kurang efektif akan merusak seluruh isi pidato. Sebaiknya penutup pidato diucapkan secara bebas; jangan membaca teks karena akan membawa efek yang kurang meyakinkan.
e.       Sepuluh Aspek Dalam Mengembangkan Satu Konsep
1)   Estetis; menekankan keindahan.
2)   Definisi; memberikan penjelasan singkat terhadap maksud anda.
3)   Geografis; tunjukkan perbedaan singkat keadaan geografis dari satu negara dengan lainnya.
4)   Kesehatan; yakni faktor mana yang mempengaruhi kesehatan dan keadaan sekitar.
5)   Historis; menunjukkan perkembangan historis.
6)   Moralis; sampaikan masalah moral yang memegang peranan saat ini.
7)   Ekonomis; berikan data-data statistik dan fakta-fakta.
8)   Pedagogis; menyampaikan ketentuan dasar yang menjadi kesimpilan peristiwa.
9)   Filosofis; memperhatikan pemikiran yang berbeda-beda dari setiap manusia.
10)     Fisikalis-kemis; menjelaskan ciri dan tanda fisikal-kemis yang muncul.
f.       Sepuluh Langkah Dalam Menyusun Susatu Pidato
1)   Merumuskan tujuan (dari orang yang menawarkan dan dari kita sendiri)
2)   Menganalisis para pendengar
3)   Mengembangkan ide/pikiran
4)   Mencari sumber-sumber di mana bahan bisa diperoleh
5)   Pengolahan dan penggodokan bahan
6)   Alat-alat peraga atau teknis
7)   Fase-fase latihan
8)   Menciptakan suasana psikologis yang baik
9)   Organisasi untuk ceramah
10)    Pidato, ceramah, Presentasi
E.     Contoh-Contoh Rumusan Pidato
Dalam kehidupan sehari-hari, ada suatu hal yang mungkin terjadi yaitu kita diminta untuk memberikan pidato dan sering kali pula tidak cukup waktu untuk mempersiapkannya. Dibawah ini dibeberkan tentang contoh-contoh rumusan pidato yang dapat digunakan dalam berbagai acara misalnya HUT, pesta pernikahan, dan lainnya. Perbedaan diantaranya terdapat pada fakta-fakta, tempat, pendengar, dan data-data yang bersangkutan dengan acara itu. Rumusan dibawah ini dapat membantu bagi orang yang mempersiapkan pidato atau kata sambutan.
1.      Menyusun Rumusan Referat/Makalah
-          Pembukaan  : harus cepat menuju ke tema
-          Bagian utama           : hal utama yang arus disajikan
-          Penutup        : kemukakan pikiran-pikiran yang paling efektif sebagai rangkuman da mengandung tuntutan.
2.      Pokok-Pokok Yang Harus Diperhatikan Dalam Mengelolah Suatu Tema
-          Apa              : title, subtitle, definisi, pengantar dalam tema.
-          Mengapa      : masalah utama, pertanyaan, kesalahan utama, test situasi
-          Kapan                      : waktu, tempat, cara
-          Bagaimana   : aturan, skema, penjelas, tip dan petunjuk, sifat, kutipan, rangkuman, dan latihan-latihan.
-          Dimana        : pengalaman yang berkesan, anekdote, peribahasa
-          Mengapa      : keuntungan, perbaikan.
-          Maka                        : keuntungan dan kerugian, kegunaan, positif dan negatif.
3.      Rumusan-Rumusan Pidato
a.       Rumusan A-I-D-A
A  : perhatian
I    : ketertarikan
D  : membatasi pikiran pokok
A  : penutup
b.      Pidato Pelantikan
-          Tugas-tugas apa yang menanti.
-          Ungkapan rasa gembira atau cemas anda atas tugas-tugas yang menanti anda.
-          Ciptakanlah kontak dan simpati.
-          Mintalah bantuan kepada kawan dana kolega anda untuk sokongan dan kerja sama.
c.       Pidato Pimpinan
-          Point utama   : mengajak dan memberi semangat
-          Salam             : pemimpin, staf pimpinan, tamu/undangan dan pegawai perusahaan, suami/istri para anggota dana undangan lainnya.
-          Pendasaran    : sesudah lama bekerja sama maka jangan lupa merayakan bersama yaitu dengan cara memperkokoh persaudaraan antara anggota dan karyawan.
-          Ucapan syukur          : atas segala sukses yang diperoleh dalam bulan-bulan yang lalu juga atas kerja sama yang diteruskan.
-          Penjelasan singkat     : perjamua acara bebas/tarian, pertunjukan-pertunjukan, permainan-permainan, atau tarian-tarian yang memperkokoh tali persaudaraan.
d.      Pidato Untuk Para Ibu/Wanita
-          Point utama    : mengajak dan memberi semangat.
-          Terima kasih   : untuk undangan yang disampaikan.
-          Penghargaan   : terhadap ibu yang menjadi tuan rumah.
-          Pujian bagi semua       : baik bahwa anda semua akhir dengan meluangkan waktu dan ruang mengadakan pesta.
-          Syukur                        : mengajak para suami atau semua pria yang hadir untuk mengangkat gelas demi keselamatan semua ibu yang hadir.
e.       Pidato Syukur
-          Point utama    : mengajak dan memberi semangat
-          Sapaan                        : pribadi, kelompok/organisasi, atau firma, dan perusahaan.
-          Melihat perkembangan masa lalu       : apa yang dialami di masa lampau/terjadi di masa lampau.
-          Melihat perkembangan masa sekarang           : usaha dan keberhasilan yang besar.
-          Syukur                        : untuk pribadi-pribadi tertentu atau untuk seluruh kelompok.
-          Melihat ke depan        : apa yang ingin kita capai? Apa yang akan terjadi?
-          Penutup                      : rangkuman singkat atau apel.
f.       Pidato Pembukaan Acara (Seminar)
-          Sapaan
-          Pembukaan
-          Salam
-          Orang yang membawakan ceramah
-          Tema
-          Pembagian tugas bicara.
g.      Pidato Peresmian
-          Mengemukakan apa yang dikerjakan, dicapai hingga saat ini.
-          Situasi di masa lalu
-          Apa yang dialami hari ini.
-          Melihat ke hari esok
-          Mengharapkan perkembangan yang baik selanjutnya
h.      Pidato Hari Raya (Pesta)
-          Point utama    : mengajak dan memberi semngat
-          Salam              : kepada para tamu/undangan, semua yang hadir.
-          Alasan perayaan         : pendasaran singkat, mengapa pesta ini diadakan
-          Masa lampau  : pembeberan singkay riwayat hidup orang yang berpesta/ firma/perusahaan.
-          Masa depan    : melihat ke depan harapan akan jalan hidup yang baik dan bahagia atau perkembangan yang menguntungkan.
-          Seruan penutup          : kesimpulan atau rangkuman.
i.        G-H-M Formel (- Rumus K-H-B)
-          Gestern           : perang devaluasi mata uang fase pembangunan masalah-masalah sesudahnya.
-          Heute  : berbagai macam gelombang jual-beli metode pemasaran tuntutan untuk penjualan.
-          Morgen           : pasar-pasar menjadi penuh sesak, mundurnya angka-angka kelahiran, pembaharuan spesialisasi, peningkatan kemakmuran.
j.        Rumusan HELGA
H  : mendengar
E   : mengerti dan mendalami
L   : pertimbangan logis
G  : perencanaan rational
A  : tindakan
k.      Pidato Waktu Pesta Nikah
-          Point utama    : mengajak dan memberi semangat
-          Syukur                        : untuk para tamu yang rela hadir.
-          Ehrengaste                  : menghormati tamu-tamu terhormat yang hadir
-          Ucapan selamat datang          : kepada semua tamu yang hadir
-          Melihat ke masa lalu   : kemukakan secara singkat riwayat hidup dari pasangan pengantin, tunjukan beberapa bagian yang lucu.
-          Menyapa pribadi yang penting           : anak mantu yang menjadi anggota keluarga baru.
-          Harapan                      : satu perjalanan hidup yang bahagia.
-          Penutup                      : mengajak semua hadirin untuk mengangkat gelas demi keselamatan pengantin baru.
l.        Pidato Informatif
-          Pidato yang hanya memberikan informasi, menunjukkan dan membeberkan ide, fakta dan data-data, perkembangan dan trend.
-          Gaya   : sederhana, asli, mengena pikiran.
-          Penutup          : membagikan teks dari bahan yang dibawakan.
m.    Pidato Kampanye atau Pidato Pembelaan
-          Memancing keinginan pendengar untuk senang mendengar
-          Melukiskan situasi
-          Mengemukakan tujuan
-          Mengemukakan pendapat dan pikiran lawan
-          Pembuktian dari diri sendiri
-          Rangkuman
-          Mengajak dan memberi semangat
-          Seruan utuk bertindak
n.      Pidato Alam Sidang atau Seminar
-          Pembukaan
-          Pengantar dan ucapan terima kasih
-          Mengapa pembicara diundang
-          Mengapa tema ini dipilih
-          Mengapa pendengar ini yang diundang
-          Penjelasan jalannya acara
-          Ceramah
-          ucapan terima kasih kepaa pembicara, sambil melihat perkenalan pada pembukaan dan satu rangkuman dari tema yang dibawakan.
o.      Pidato/Kata Sambutan Memperkenalkan Seorang Penceramah
-          Menyebut tema ceramah
-          Menimbulkan perhatian dari pendengar
-          Memperkenalkan pembicara dengan namanya
-          Kalimat pengantar “ kepada bapak/ibu kami berikan kesempatan
p.       Pidato Penutup
Rumusan ini membantu untuk menutup suatu pertemuan atau sidang atau juga kursus.
-          Sapaan                  : Saudara/i, ibu/bapak, dan yang lainnya sesuai hadirin atau tamu yang datang.
-          Penutup                : sekarang kita sampai kepada akhir acara. Dengan ini, kita mengakhiri pertemuan kita
-          Syukur                  : ucapan terima kasih kepada semua peserta yang telah hadir dan semua yang telah mempersiapkan pesta.
-          Akhir                    : ucapan selamat jalan.
q.      Pidato Seorang Tamu (Kenegaraan)
-          Point utama    : mengajak dan memberi semangat
-          Sapaan                        : menyapa dan menyalami tuan rumah
-          Salam dan ucapan terima kasih          : kepada tuan rumah.
-          Alasan pesta   : sebutkan alasan-alasan, terutama peristiwa dari pengalaman bersama.
-          Keinginan pribadi       : ungkapan harapan masa depan yang baik kepada tuan rumah dan tamu.
-          Penutup                      : ajakan kepada semua tamu dan tuan rumah untuk mengangkat gelas demi keselamatan bersama.
r.       Pidato Belasungkawa
-          Pont utama     : mengajak dan memberi semangat
-          Sapaan                        : keluarga almarhum/ah, keluarga yang ditinggalkan
-          Pendasaran     : menjelaskan hubungan dengan orang yang meninggal.
-          Melihat ke masa lalu   : lukisan riwayat hidup, tugas dan jabatan, jasa, ciri, dan sifat, serta kabajikan-kebajikan dari oe=rang yang meninggal.
-          Bagaimana                  : sesudah sakit, kecelakaan atau peristiwa tragis.
-          Keluarga                     : perasaan sedih dan turut berbela sungkawa diungkapkan.
-          Peutup                        : tutup dengan satu kalimat yang baik misalnya “ semoga ia mendapat tempat yang layak disisi-Nya.
s.       Memperkenalkan Seseorang
-          Saling memperkenalkan
-          Menjelaskan, mengapa orang ini dipilih.
-          Gambaran tentang tugas dan kompetensinya
-          Memperkenlkan kolega-kolega lainnya dengan mereka ia akan bekerja dan menumbuhkan semangat kerja sama dari mereka.
-          Seruan kepada semua kolega untuk menumbuhkan rasa solidaritas
t.        Mempertahankan Posisi/Pendirian
-          Mengemukakan posisi/pendapat/pendirian
-          Pendasaran yang tepat
-          Kemukakan contoh-contoh dari kehidupan yang praktis
-          Menarik kesimpulan
-          Seruan/ajakan untuk bertindak.

 
BAB III
DIALOGIKA
A.    DISKUSI
Diskusi berasal dari kata bahasa latin: discutere, yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Pokok-pokok yang akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini adalah: bentuk-bentuk diskusi, persiapan diskusi, pemimpin diskusi, proses dan peserta diskusi.
1.      Bentuk-bentuk diskusi
Bentuk bentuk dialog sebenarnya ditentukan secara lebih tepat oleh tujuan dan isi diskusi. Selanjutnya bentuk itu juga menentukan fungsi dari pemimpin diskusi dan para peserta yang mengambil bagian dalam diskusi. Pembagian bentuk diskusi dalam uraian ini berdasarkan tujuan, isi, dan para peserta.
a.       Diskusi Fak
Bentuk diskusi ini bertujuan mengolah suatu bahan secara bersama-sama dibawah bimbingan seorang ahli. Diskusi ini diselenggarakan pada akhir suatu ceramah atau makalah yang mengupas tentang suatu masalah dari bidang ilmu tertentu. Diskusi ini dapat membimbing para peserta kepada proses berfikir secara jelas untuk menemukan argumentasi yang tepat dan jitu. Lamanya waktu untuk berbicara dalam ceramah umumnya sudah ditetapkan sebelumnya.
b.      Diskusi Prodium
Diskusi prodium adalah penjelasan masalah oleh wakil dari berbagai kelompok dan pendapat. Atau diskusi yang diadakan oleh wakil terpilih bersama dengan atau tanpa plenum. Dalam diskusi prodium, masalah masalah yang bersifat umum dijelaskan secara terbuka. Hal yang harus diperhatikan dalam diskusi prodium ialah supaya setiap pembicara berbicara dari sudut pandanganny, sehingga menampilkan pandangan yang berbeda dari pembicara lain, sebab dikusi podium akan menjadi lebih menarik apabila setiap pembicara mewakili pendapat yang berbeda dari kelompoknya.
c.       Forum Diskusi
Forum diskusi adalah salah satu bentuk dialog yang sering dipergunakan dalam bidang politik. Forum diskusi ini sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa bentuk dialog. Dalam peraturan politik para pemimpin partai sering mengadakan forum diskusi secara terbuka kepada pendengar atau pemirsa televisi, untuk menjelaskan program, sikap dan tujuan partainya. Proses forum diskusi dengan menyampaikan selamat datang; membuka diskusi secara resmi; memperkenalkan para pembicara. Para calon atau pembicara; mengajukan tema diskusi dan memberi kesempatan secara bergilir keoada para pembicara untuk berbicara. Para calon atau pembicara mengambil tempat pada sisi kiri dan kanan moderator; sebaiknya diatas podium atau pada tempat yang mudah dilihat oleh para pendengar para pembicara duduk menghadap publik. Forum diskusi ini memiliki kadar demokratis yang tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang harus tetap berpegang pada tema yang sedang didiskusikan. Disamping itu orang juga harus membedakan masalah pribadi dari masalah yang dibicarakan.n masalah pribadi tidak boleh dimasukan dalam forum diskusi.
d.      Diskusi Kasualis
Diskusi kasualis adalah penelitian bersama atas satu masalah konkret atau satu situasi konkret yang mengandung berbagai kemungkinan jalan keluar untuk mencari jalan keluar yang tepat. Demi kelancaran dapat diundang seorang ahli atau yang mengetahui masalah itu untuk menjadi pengarah atau pendamping.
2.      Persiapan Diskusi
Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan: persiapan bahan, persiapan pribadi (personal) dan persiapan ruangan.
a.       Persiapan Bahan
Persiapan bahan atau isi pembicaraan suatu diskusi diawali dengan membatasi tujuan diskusi. Pembatasan tujuan ini mencakup sasaran dan pokok pikiran untuk kesimpulan, meskipun tidak mengandung isi konktret dari hasil yang ditargetkan. Berdasarkan tujuan diskusi perlu juga dibatasi pokok pokok penting isi diskusi, sehingga proses diskusi dapat berjalan terarah. Apabila masalah yang akan didiskusikan itu penting, sebaiknya mengundang seorang ahli. Kepada para peserta yang akan mengambil bagian dalam diskusi diberikan informasi pada waktunya mengenai bahan diskusi, sehingga mereka dapat menyiapkan diri. Bahan informasi untuk para peserta dapat dicantumkan sebagai lampiran dalam surat undangan yang disampaikan kepada mereka. Dalam surat undangan dapat dijelaskan: tema, tujuan diskusi, tempat, waktu berlangsung dan bentuk diskusi. Pasti akan sangat membantu, apabila kepada setiap peserta dibagikan daftar nama dan alamat para peserta, kecuali dalam situasi tertentu atau sesuai dengan tujuan diskusi, daftar nama peserta ditiadakan.
b.      Persiapan Personal
Sejak awal hendaknya dipastikan ahli atau pakatr dan jenis kelompok pendengar yang akan diundang untuk mengambil bagian dalam diskusi. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa semakin besar jumlah peserta, semakin sulit proses diskusi dan semakin sulit pula untuk memperoleh hasil yang diinginkan! Jumlah peserta ideal adalah 8-12 orang, meskipun tidak tertutup kemungkinan untuk mengorganisasi diskusi dengan kelompok peserta yang besar adalah bahwa percaturan pendapat tidak dapat terjadi dengan setiap peserta. Sebagian akan menjadi pendengar yang pasif.
c.       Persiapan Ruangan
Dalam hubungan dengan persiapan ruangan, perlu diperhatikan: aspek estesis (keindahan) fungsi dan cara duduk. Aspek aspek ini sangat menentukan dalam diskusi. Yang berbentuk huruf “U”, para peserta tidak terbatas pada jumlah 10 orang, tetapi dapat diatur untuk peserta yang lebih banyak jumlahnya. Bentuk lingkaran memberi keuntungan yakni semua peserta yang duduk pada meja bundar atau dalam lingkaran, memiliki tingkat dan hak yang sama.
d.      Pemimpin Diskusi
Cara dan gaya memimpin melainkan peranan yang sangat menentukan dalam diskusi. Pemimpin diskusi haruslan fleksibel dalam memainkan peranannya, sebab disatu pihak dia bertugas memimpin dan mengarahkan diskusi, namun dilain pihak dia adalah rekan sederajat dari para peserta yang dapat menyumbangkan pikiran dan pendapat. Supaya diskusi dapat berjalan lancar, pemimpin menyampaikan pada awal pertemuan tata tertib diskusi. Dibawah ini diberikan berapa norma yang dapat diubah sesuai dengfan kebutuhan:
-   Pemimpin diskusi memegang kendali dalam diskusi. Dalam situasi tertentu tugas ini dapat diserahkan kepada orang lain yang dianggab mampu.
-   Pemimpin membuka diskusi secara resmi. Para peserta tidak boleh berbicara tanpa melalui pemimpin. Ketenangan selama diskusi menjadi tanggung jawab pemimpin diskusi.
-   Giliran berbicara diberikan menurut urutan orang yang mengangkat tangan. Tetapi pemimpin diskusi berhak mengatur sesuai dengan pendapat pro dan kontra untuk menjadikan diskusi lebih hangat
-   Pemimpin juga menentukan lamanya pembicaraan. Peserta yang berbicara lebih dari waktu yang ditetapkan harus diperingatkan atau distop.
-   Selama diskusi tidak boleh mengubah tema. Apabila harus mengubah tema, maka pemimpin menjelaskan alasannya sacara tuntas.
-   Penceramah dapat selalu diminta untuk memberikan jawaban atau penjelasan, dan apabila dia ingin berbicara harus diberi kesempatan.
-   Pemimpin harus menjaga agar diskkusi hanya berkisar pada masalah, tidak boleh ada argumentation ad hominem.
-   Tidak semua orang yang mengangkat tangan harus diberi kesempatan untuk berbicara
-   Pada akhir diskusi, setelah penceramah menyampaikan kata-kata penutup, pemimpin dapat merangkumkan hasil diskusi lalu menutup pertemuan.

e.       Proses Diskusi
Setiap diskusi pada umumnya melewati fase-fase seperti dibawah ini:
-   Fase 1 : perkenalan dan ucapan selamat datang
-   Fase 2 : pengantar kedalam diskusi, pembatasan masalah, rumusan tujuan/sasaran
-   Fase 3 : menciptakan situasi saling percaya
-   Fase 4 : penjelasan mengenai jalannya diskusi
-   Fase 5 : diskusi, pendaftaran nama peserta yang ingin bertanya, pemberian kesempatan bicara, merangkum dan mengungkap kembali pendapat yang sudah diajukan, merumuskan tujuan yang sudah tercapai, mencatat hal hal terpenting, tawaran jalan keluar.
-   Fase 6 : rangkuman, meringkas hal yang menjadi titik berat, menampilkan hal yang telah disepakati bersama, membeberkan pendapat pro dan kontra, menawarkan jalan kluar yang akan direalisasi, merangkum hasil diskusi
-   Fase 7 : Penutup, rumusan penutup, ucapan terimakasih kepada para peserta atas kerja sama yang telah dijalin, penghargaan atas hasil yang sudah dicapai
-   Fase 8 : pengolahan notulen
Dalam diskusi, dimana seorang ahli diundang untuk membawakan suatu referat atau makalah, maka prosesnya terjadi sebagai berikut:
-   Fase 1 : ucapan selamat datang kepada ahli dan kepada para peserta
-   Fase 2 : pembatasan masalah rumusan tujuan, pemngumuman tentang proses diskusi
-   Fase 3 : makalah
-   Fase 4 : diskusi
-   Fase 5 : Rangkuman
-   Fase 6 : penutup dan
-   Fase 7 : notulen

f.       Peserta Diskusi
Setiap diskusi memiliki sasaran yang berbeda sesuai dengan masalah yang dibicarakan. Oleh karena itu juga memiliki suasana yang berbeda beda. Tuntutan yang berlaku bagi pemimpin diskusi pada dasarnya dapat juga berlaku bagi para peserta.
Anda boleh menang, tetapi harus diusahakan sedemikian rupa sehingga orang yang kalah tidak kehilangan muka!
 
Moto dibawah ini dapat menjadi pegangan bagi setiap peserta diskusi.


  Dalam proses diskusi hal-hal dibawah ini perlu diperhatikan oleh setiap peserta:
1)      Masukanlah kedalam ruangan diskusi agak lebih dahulu
2)      Mendengar dengan penuh perhatian adalah hal yang penting bagi setiap peserta diskusi
3)      Informasi itu efektif, apabila jelas dan sesuai dengan masalah yang didiskusikan
4)      Apabila rekan diskusi mengemukakan argumentasi yang sulit dimengerti dan pembuktiannya tidak jelas, dapat dikemukakan pertanyaan untuk meminta penjelasan.
5)      Cara yang sangat efektif juga adalah menuntut supaya rekan diskusi mendefinisikan ide yang dilontarkan
6)      Antara satu argumentasi dengan argumentasi yang lain harus ada hubungan pikiran yang logis
7)      Diskusi harus bertumpu atas dasar kerekanan
8)      Anjuran bagi para peserta diskusi
9)      Beranilah mengambil resiko
10)  Hindarkan diri dari sikap ingat diri
11)  Bicara tenang, lambat, tetapi pasti
12)  Yakinlah bahwa  setiap peserta juga manusia yang sama penting1
g.      Rangkuman
Tujuan setiap diskusi adalah mencapai suatu kesempatan atau keputusan mengenai suatu pandangan, pikiran dan pendapat atau masalah. Hasil diskusi amat tergantung juga pada kualitas pemimpin diskusi. Diskusi yang baik menuntut dari setiap peserta menerima dan sikap saling menghargai
B.     TANYA JAWAB
1.      Pengertian dan bentuk tanya jawab
Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang ahli, yang menjadi specialis dalam suatu bidang tertentu, atau yang dianggab mengenal dan mengetahui suatu masalah secara baik. Dalam proses komunikasi ini, sipenanya mengemukakan pertanyaan sedemikian rupa, sehingga orang yang ditanya memberikan informasi atau jawaban. Jumlah orang yang bertanya dapat hanya satu orang atau lebih dari satu orang, bahkan tak terbatas jumblahnya. Ada tiga bentuk tanya jawab, yaitu INTERVIEW, KONPERENSI PERS, dan TANYA JAWAB PENGADILAN. Uraian dibawah ini hanya dibatasi pada interview:
2.      Interview
Interview adalah dialog antara peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai masalah-masalah aktual atau masalah masalah khusus yang menarik. Materi interview dewasa ini bukan hanya masalah-masalah politis, tetapi segala sesuatu yang mengandung bahan informasi bagi para pendengar dan pemirsa dari berbagai bidang hidup. Singkatnya, segala sesuatu yang dapat menjadi sumber informasi atau sikap.
a.       Persiapan Interview
Supaya dapat membuat interview yang baik dan terarah perlu diketahui keterangan mengenai pribadi yang akan di interview dan mengenai tema interview. Orang yang bertanya harus menguasai pokok-pokok yang menjadi bahan interview. Sebaliknya, orang yang ditanya harus menguasai tema tidak hanya secara garis besar, tetapi juga secara mendetail.
b.      Aturan Interview
Dalam hubungan dengan interview ada beberapa ketentuan yang paerlu diperhatikan baik oleh yang bertanya, maupun oleh yang ditanya.
1)      Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya secara tepat
2)      Penanya hendaknya memperhatikan jalan pikiran atau hubungan logis antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
3)      Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanya memberikan kuesiponer kepada orang yang ditanya sebelumnya, sehingga dia dapat menyiapkan diri secara teliti.
4)      Karena hasil interview itu direkam atau ditulis secara stenografis, maka sebelum publikasi sebaiknya orang yang ditanya membaca hasil rangkuman sekali lagi.
c.       Teknik Bertanya
Sebuah ucapan yang menggandung kebijaksanaan berbunyi:
Siapa yang berbicara banyak, berbicara sendiri!
3.      Fungsi Pertanyaan
Suatu pembicaraan yang bermakna selalu merupakan hasil dialog, sebagai suatu proses yang berjalan atas pertanyaan dan jawaban, bukan karena salah satu pihak bertanya sendiri. Pertanyaan adalah impuls untuk mengaktifkan. Pertanyaan membantu untuk menjajagi, mendirigasi dan mempengaruhi pendapat. Pertanyaan pada hakikatnya juga alat untuk memberi sugesti dan dalam hal tertentu memiliki daya paksaan.
4.      Jenis Pertanyaan
Dalam ilmu Retorika ada berbagai macam pertanyaan yang sebagian sudah berasal dari zaman kuno.
-   Pertanyaan informatif
-   Pertanyaan untuk mengontrol
-   Pertanyaan untuk menjebak
-   Pertanyaan untuk mengaktifkan
-   Pertanyaan Socrates
-   Pertanyaan retoris
-   Pertanyaan yang ofensif
-   Pertanyaan untuk membuka masalah baru
-   Pertanyaan untuk menutup pembicaraan
-   Pertanyaan alternatif
-   Pertanyaan balik
-   Pertanyaan yang mendigrasi
-   Pertanyaan provokatif
-   Pertanyaan untuk membuka pembicaraan
5.      Rangkuman
Di masa depan, anda jangan lagi berbicara sendiri. Aktifkanlah partner anda. Teknik bertanya adalah sarana untuk menyerang, untuk menimbulkan inisiatif dan sebagai petunjuk dalam dialog. Suatu pertanyaan yang terarah baik, sering sudah menghasilkan setengah jawaban.
C.    DEBAT
Debat pada hakikatnya adalah saling adu argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia dengan tujuan mencapai kemenangan untuk satu pihak.
1.      Bentuk Bentuk Debat
Ada dua debat yaitu debat inggris dan debat amerika
a.       Debat Inggris
dalam debat inggris ada dua kelompok yang berhadapan : kelompok pro dan kelompok kontra. Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompopk. Dia menyampaikan tema. Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara perta, tetapi tidak boleh mengulang pikiran yang sudah disampaikan. Selanjutnya para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara dengan urutan seperti pada para pembicara pertama.Sesudah para pembicara dari masing-masing kelompok menyampaikan pendapat, tiba giliran para pendengar untuk berbicara.pada akhirnya moderator memimpin proses pemungutan suara untuk menentukan pemenang
b.      Debat Amerika
Dalam debat amerika juga dua regu berhadapan, tetapi masing-masing regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan penyusunan argumentasi yang cermat. Debat dimulai, apabila salah seorang anggota regu membuka pembicaraan dengan mengemukakan ‘tesis’ dan dijawab oleh pembicara pertama dari regu yang kedua. Selanjutnya, orang pertama dari regu penyanggah membuka pembicaraan. Sesudah debat selesai, para juri akan membuat penialain untuk menentukan pemenang. Para juri menjelaskan dasar penilaiannya, sebab publikum juga ingin menimpa makna dari seluruh proses debat.

2.       Patokan Dalam Berdebat
Dibawah ini dijelaskan enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam proses berdebat :
-   kita harus berkonsentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan bicara yang menjadi titik lemah.
-   kita harus selalu kembali kepada titik lemah lawan bicara.
-   Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita sendiri.
-   Apabila lawan menunjukkan kelemahan argumentasi kita, maka kita juga harus menunjkkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan menjadi seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan.
-   Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hubungan dengan tata sopan dan kesalahan-kesalahan argumentatif yang dapat menjebak lawan bicara.
-   Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum lawan melihat kelemahan-kelemahan kita.
-   Pikiran atau ide itu tidak menentukan! Yang menentukan adalahj tindakan! Siapa yang menerima ide itu lau memasukkan ide itu secara terencana, dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang melahirkan ide itu.
-   Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu perbandingan atau ngkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetapi segala celaan dapat diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.
-   Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan pertama atau yang terakhir. Apabila tidak ada kata atau perhatian yang menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi akan lemah.
-   Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan pada proses debat itu.
-   Apabila lawan bicara mau mengemukakan suatu hal yang khusus, maka kita harus mencoba menggeneralisasikannya.
-   Apabila ternyata baha pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan akibat-akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya mengandung keraguan.
-   Sering kali seseorang dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia menyerang pelbagai pendapat yang menucul dengan cara mengejek
-   Pengamatan yang tepat, pengertian yang dalam dan logika, mengkaraterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila seseorang sanggup menunjukkan bahwa argumentasi lawan itu lebih cepat dikenakan pada satu masalah lain.
-   Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu disiplin ronahi-akademis yang tinggi
-   Berdebat berarti menundukkan lawan lewat argumentasi atau dengan kata lain menaklukkan lawan bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan sportif sebgaimana dalam pertandingan olahraga.
3.      Skema Pembicaraan Dalam Debat
a.      Skema Mempertahankan Posisi
Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi dapat dipergunakan skema sebagai berikut.
-   Menunjukkan titik tolak pendapat kita
-   Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita
-   Membeberkan contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian
-   Menarik kesimpulan
-   Seruan untuk bertindak
b.      Skema Dialetis
Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat dipergunakan skema dibawah ini:
-   Menyajikan titik tolak
-   Mengemukakan argumentasi
-   Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra
-   Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci
-   Seruan untuk bertindak

4.      Petunjuk-Petunjuk
Keberhasilan atau kegagalan suatu debat pada hakikatnya tergantung dari kualitas pemimpin atau moderator debat. Untuk memilih dan menentukan seorng moderator, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a.       Ragam Pendengar
Dalam debat yang dihadiri oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat umur, moderator hendaknya menguasai bahan dan tema debat atau memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah yang diperdebatkan. Dalam proses debat, moderator berusaha untuk tetap bersikap objektif, sopan, disiplin, mampu menciptakan suasana yang segar, memiliki saraf yang sehat dan suatu elastisitas jiwa dan rohani.
Moderator bertugas megarahkan jalannya debat. Oleh karena itu dia harus memperhatikan supaya tidak boleh ,menyimpang dari tema dan supaya aturan permainan tepa ditaati selama proses debat berlangsung. Dalam hubungan penampilan, moderator harus memancarkan kepastian dan kewibawaan. Dalam sikap dan tingkah lauk dia harus tetap netral, tidak boleh membuat pembedaan antara kawan atau lawan. Dia harus menjadi seorang yang tidak dapat digantikan selama debat berlangsung. Keputusannya adalah mutlak, tidak boleh diganggu gugat.

b.      Peran Moderator
Dalam menjalankan kekuasaannya sebagai pemimpin debat, dia hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada dasarnya dia tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh menteror, tetapi memberi kebebasan bergerak. Jangan menggurui, tetapi membimbing.

c.       Batas Waktu
Waktu untuk berbicara harus ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau pembawa referat harus diberi waktu secukupnya untuk memaparkan temannya secara jelas.
d.      Kata Penutup
Pada akhir seluruh debat, pembawa referat atau wakil kelompok menyampaikan kata penutup. Sesudah ini moderator mengumumkan hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara debat.



5.      Kegunaan Debat
Debat memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab leawt debat orang dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasar, mempertenggangkan pendengar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok.

D.    SARANA-SARANA DIALOGIKA
Dibawah ini dijelaskan dua sarana yang dapat dipergunakan dalam dialogika untuk mempertinggi efektivitas komunikasi retoris.
1.      Mendengarkan
Mendengar adalah sikap yang penting dalam proses dialog dan diskusi. Setiap perserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.
a.      Skema Mendengar
Skema mendengar - dilihat dari segi pendengar - dapat dirumuskan sebagai berikut:
“siapa mendengar dan mengerti, dimana, kapan, apa, bagaimana, tentang apa, mengapa, unutk apa, dari siapa, dan berapa lama”

b.      Sikap Mendengar
Mendengar yang sesungguhnya menuntut kesabaran. Oleh karena itu, konsentrasi atas kata-kata pembicaraan itu erat hubungannya dengan mendengar secara tepat. Kata-kata yang secara akustis terdebgar dengan tepat akan mempermudah pendengar untuk menangkap maksud pembicara. Dalam proses mendengar, manusia diwarnai oleh sejumlah faktor seperti pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perhatian, relasi, dan sikap batin.

c.       Seni Mendengar
Beberapa petunjuk di bawah ini dapat dijadikan pedoman dalam mendengar:
-   Syarat dasar, keadaan rohani dan jasmani harus bebas, tanpa tekanan.
-   Binalah sau sikap setia untuk mendengar segala pikiran pribadi dijauhkan. Perhatikanlah dan arahkanlah konsentrasi pada pembicara.
-   Perhatikan dan berikan penilaian atas analisis masalah pembicara
-   Berikan penilaian atas argumentasi dan proses pembuktian pembicara
-   Berikan penilaian atas tuntunan yang ditujukan kepada perasaaan pendengar
-   Konsentrasikan perhatian pada bahasa pembicara
-   Carilah pokok pikiran pembicara untuk menemukan maksud dan tujuannya
-   Cobalah menemukan skema dari pembicaraan
-   Berusahalah menilai contoh-contoh konkret yang menopang pendapatnya
-   Bandingkan analisis masalah yang dikemukakan pembicara dengan pengetahuan yang anda miliki tentang masalah yang sama
-   Jangan hanya mendengar secara selektif, tetapi juga secara global, sehingga dapat menilai secara objektif dalam arti dapat menemukan hal-hal yang bernilai atau tak bernilai, hal-hal yang cocok atau tidak cocok dan hal-hal yang tepat atau tidak tepat

2.      Taktik-taktik Retoris
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi retoris.
a. Taktik Afirmasi
1. Taktik “Ya”
Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga walan bicara hanya dapat menjawab:”Ya”, dan perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat. Jawaban “ya” menuntut dari lawan bicara tidak hanya persetujuan rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat dihindarkan.

2. Taktik Mengulang
Pembicara berusaha untuk menyampaikan pikiran dan idenya secara terus-menerus dengan cara dan rumusan yang berbeda dan menarik. Hal yang dioulang mengandung ide yang positif dan bear. Gaya ini dapat menyebabkan lawan bicara menaruh perhatian kepada ide yang dianjurkan, dan berusaha mengolah ide itu, lau merasa tertarik dengan ide itu.

3. Taktik Sugesti
Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara untuk menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.

4. Taktik Kebersamaan
Apabila menghadapi kesuitan dalam diskusi, sering satu himbauan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan (perasaan “kita”), atas sukses yang diraih bersama hingga saat ini, tau himbauan tentang kerja sama yang efektif sampai saat ini, dapat membantu untuk keluar dari jalan buntu

5. Taktik Kompromi
Kompromi adalah satu taktik yang dipakai dalam situasi yang sulit untuk mencapai keseimbangan rasional.

6. Tampak Konsensus
Taktik ini menampilkan di depan mata pendengar rangkuman pendapat kita yang sudah disetujui dan menggerakkan hati mereka untuk menuruti pendapat kita, menyetujui perjanjian yang dibuat, menerima anjuran atau membeli hasil produksi kita.

c.       Taktik Defensif
Termasuk dalam taktik defensif adalah :

1. Taktik Menunda
Taktik ini dipergunakan apabila ada keberatan bahwa cerah atau penjelasan yang dikemukakan kurang jelas atau kurang mengandung argumentasi yang kuat. Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan berikut.

2. Taktik Mengelak
Dapat terjadi bahwa pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara menghadapikesulitan untuk menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dan kesulitan seperti ini, pembicara menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli sehingga lawan bicara dapat dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli tersebut.

3. Taktik “Ya…tetapi”
Menurut taktik ini, kita menghargai dan menyetujui pendapat lawan bicara, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan pedapat kita.

4. Taktik Mengangkat
Untuk memperoleh persetujuan peserta atas pendapat kita, kita mengangkat dan menghormati pendapat yang berbeda dari lawan bicara. Dengan itu dia dapat lebih baik belajar menghargai pendapat kita.

5. Taktik Berterima Kasih
Orang data kepada kita dengan banyak kesulitan yang membebani. Kita mengucapkan terima kasih kepadanya atas informasi itu, meskipun tidak menyenangkan kita, tetapi justru dengan itu mereka dibebeaskan dari tekanan emosional.

6. Taktik Merelativasi
Taktik ini menempatkan keberatan lawan bicara ke dalam konteks relasi, sehingga dengan itu pendapatnya menjadi relatif (sambil berhati-hati bahwa sebaliknya pendapat sendiri dapat direlativasi).

7. Taktik Menguraikan
Apabila lawan bicara menyampaikan seonggok keberatan, kesulitan dan kritikan, maka kita menguraikan dan menganalisis semua beberan itu satu persatu secara teliti, sambil menunjukkan titik-titik lemahnya.

8. Taktir Membiarkan
Taktik ini membiarkan lawan biacara menyampaikan maksud dan pikiran, sementara kita mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa memberikan reaksi.
d.      Staktik Ofensif
Yang termasuk dalam taktik ofensif adalah:

1. Taktik Antisipasi
Sementara lawan bicara menyampaikan pendapt, kita sudah mengantisipasi kelemahannya. Sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.

2. Taktik Mengagetkan
Lawan bicara menantang dengan satu pernyataan negatif. Kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya. Jawaban balik ini dapat bersifat paradoks untuk menghilangkan keseimbangan dalam dirinya dan untuk dapat mengarahkan dia.

3.Taktik Bertanya Balik
Taktik ini melemparkan keapada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia melepaskan pendasaran keberatannya, dan menerima kekeliruannya sendiri.

4. Taktik Provokasi
Taktik ini memaksa lawan bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.

5. Taktik Mencakup
Taktik ini melihat argumentasi lawan dengan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.

6. Taktik Melebih-lebihkan
Lewat taktik ini orang secara sadar melebih-lebihkan pernyataan lawan bicara (pernyataan ekstrem) untuk mempengaruhi lawan bicara atau supaya dia menarik kembali pernyataannya.

7. Taktik Memotong
Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu banyak. Pembicaraannya dipotong dengan tiba-tiba dengan alasan untuk menyampaikan sesuatu yang penting.

e.       Taktik Negasi
Termsuk dalam taktik negasi adalah:
1. Taktik “tidak”
Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung, karena menuntut penjelasan yang tuntas. Di lain pihak cara ini dapat menciptakan permusuhan, karena melukai lawan bicara. Oleh karena itu sebaiknya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan retoris.

2. Taktik Kontradiksi
Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan lawan bicara


BAB IV
PEMBICARA
A.    KEPRIBADIAN PEMBICARA
Kepribadian pembicara adalah unsur penting yang menentukan efektivitas komunikasi retoris. Oleh karena itu, faktor yang turut membentuk kepribadian pembicara yang baik antara lain :
1.      Seorang pembicara hendaknya memiliki dasar pendidikan yang cukup dan pengetahuan umum yang luas.
2.      Memiliki rasa percaya diri dan kepastian.
3.      Menyesuaikan cara berpakaian dengan tempat dan tingkat serta karakter pertemuan.
4.      Jujur dan ikhlas dalam tutur kata dan tingkah laku.
5.      Bersemangat dan mampu memberi semangat.
6.      Memiliki artikulasi yang jelas.
7.      Bahasanya memiliki daya meyakinkan.
8.      Harus mampu menunjukan kompetensi dan pengetahuan fak yang memadai.
9.      Memiliki daya yang kreatif dan berdaya cipta.
10.  Dalam membina relasi social, pembicara harus tahu tenggang rasa, dan memperhatikan tata sopan santun.

B.     PEMBICARA, TEMPAT DAN RUANGAN

1.      Tempat Berpidato
Situasi sekitar dan atmosfer adalah dua hal yang penting bagi pembicara. Pembicara dan pemimpin acara perlu sekali bersama-sama meninjau tempat berpidato. Pembicara harus mempertimbangkan diri sedemikian rupa, sehingga pendengarnya memiliki tempat yang baik untuk bias melihat dan mendengar suaranya.

2.      Ruangan Pidato
Hal yang harus diperhatikan di dalam ruangan pidato adalah
-          Ruangan pidato tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil.
-          Ruangan yang hanya setengahnya terisi oleh pendengar juga kurang baik untuk berpidato.
Ruangan besar dapat mempengaruhi rasa takut dan cemas pembicara. Semakin besar ruangan, maka kecemasan untuk berbicara pada awal semakin besar.

C.    TUJUAN PIDATO DAN ANALISIS PENDENGAR

Untuk menganalisis situasi pendengar. Ada empat bidang analisis yang perlu diperhatikan :
-          Harapan dan tujuan dari orang yang memberikan tugas untuk berpidato atau berceramah.
-          Harapan penceramah dan tujuan yang mau dicapainya.
-          Harapan dan keinginan/kebutuhan para pendengar sendiri.
-          Organisasi pada umumnya dan tempat membawakan ceramah/pidato.

1.      Sebelum Menerima Tawaran
Sebelum menerima tawaran untuk membawakan ceramah atau pidato hendaknya mempertinbangkan pertanyaan-pertanyaan seperti dibawah ini :
-          Mengapa saya harus membawakan ceramah, pidato atau wejangan ini?
-          Apakah saya dianjurkan untuk menjadi penceramah? Oleh siapa?
-          Apakah ceramahku ini sebagai satu kesempatan baik atau sebagai satu perangkap?
-          Apakah saya akan mendapat hasil yang baik lewat ceramah ini, atau mungkin mengalami kegagalan?
-          Bahaya dan risiko apa yang harus saya perhitungkan? Dan lain sebagainya.

2.      Menganalisis Situasi dan Kebutuhan Pendengar
Sebelum menerima tawaran, anda mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dari perspektif seorang yang menawarkan atau menugaskan anda untuk membawakan ceramah atau pidato. Analisis situasi dan kebutuhan pendengar sebelum menyiapkan ceramah atau pidato, akan menghindarkan anda dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

3.      Tema Pidato
Pembicara atau penceramah harusnya memiliki gambaran yang jelas mengenai tema yang akan dibawakannya. Pertanyaan-pertanyaan penuntun dibawah ini dapat dipergunakan:
-          Tema apa yang akan dipergunakan ?
-          Isi pokok mana yang dipergunakan ?
-          Titik berat mana yang harus ditekankan di dalam pidato ? dan lain sebagainya

Jawaban yang jujur terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas ini akan menghindari kesulitan dalam mempersiapkannya.

4.      Tujuan Pidato
Pertanyaan yang bersangkutan dengan tujuan pidato atau ceramah harus dipertimbangkan secara teliti. Satu penilaian dan perhitungan yang keliru dalam menganalisis situasi dan kebutuhan pendengar akan membahayakan tercapainya hasil yang baik.

D.    RASA TAKUT DAN CEMAS SEBELUM BERPIDATO

Kebanyakan orang merasa takut, cemas, bahkan gemetar sebelum berpidato. Tanda-tanda dari perasaan cemas ini misalnya lutut gemetar, berkeringat, jantung berdebar keras, muka menjadi merah, kurang konsentrasi dan perasaan fisik dan psikis yang melumpuhkan.
Rasa takut dan cemas semacam ini sebaiknya dianggap sebagai suatu gejala positif, karena hal ini menandakan bahwa dalam diri anda semua hal terjadi secara rutin. Dilain pihak, rasa takut itu menandakan seorang mempunyai kesadaran akan keberhasilan. Rasa takut dan cemas sama sekali tidak berhubungan dengan kesanggupan seseorang dalam berpidato.
Bila orang sama sekali tidak memiliki rasa cemas dan takut, maka mudah sekali ia akan menjadi sombong, tanpa perasaan menganggap dia hebat; justru disanalah terletak bahaya kegagalan berpidato.
E. MEMBAWAKAN PIDATO
1. Berpidato Dengan atau Tanpa Teks
Ada tiga kemungkunan dalam membawakan pidato:
A.    Pidato yang Terikat pada Teks
Berdasarkan cara ini, pidato dibawakan dengan membaca teks yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
B.     Pidato Tanpa Teks
Ada orang (guru, dosen atau pemimpin) yang berbicara tanpa teks, tanpa persiapan.
C.     Pidato yang Berdasarkan Skema
Ini adalah jalan tengah dari kedua kemungkinan di atas. Menurut bentuk ini, pembicara menggunakan skema atau berdasarkan kata-kata penting dari pidato, yang dicatat pada secarik kertas.
2. Latihan Menjelang Pidato
Pembicara tidak hanya menyiapkan dirinya dengan mengumpulkan bahan dan menulis pidatonya. Dia juga harus melakukan latihan membaca dan membawakan pidatonya. Latihan-latihan yang dapat dilakukan sebelum membawakan pidato adalah sebagai berikut:
A.    Menguasai Pidato
Pembicara harus menguasai pidatonya. Bukan saja bahan pidato yang harus diingat dengan baik dalam susunan yang logis teratur, tetapi bahwa ia pun harus melatih membaca sedemikian rupa, sehingga bisa menghafal bagian-bagina terpenting.
B.     Membaca Cepat
Pembicara harus membaca cepat supaya bisa mengimbangi bicaranya. Bila pidato sudah dikuasai, maka akan mempermudah pembicara dalam membaca.
C.     Memberi Tanda pada Teks
Pembicara dapat mengembangkan satu system dalam member tanda pada teks. Tanda untuk member tekanan yang tepat, tanda untuk menunjukkan kapan atau di mana suara turun atau nauk, atau harus ditekankan, atau diucapkan perlahan-lahan.
D.    Memperhatikan Artikulasi dan Waktu Pidato
Dalam menguasai pidato, pembicara harus juga memperhatikan artikulasi dan memperhatikan lamanya pembicaraan.
E.     Memcoba Membawakan Pidato
Sangat dianjurkan supaya pembicara sendiri membuat latihan membawakan pidatonya yang sudah dikuasai dan teks yang sudah diberi tanda, untuk mengontrol. Latihan ini dapat dibuat di depan cermin dengan pertolongan alat video atau di depan orang.
3. Disiplin Retorika
Setiap pembicara harus tahu bahwa pendengar memperhatikan dua hal yakni: sikap batiniah atau sikap hidup pembicara dan ketertiban lahiriahnya.
·         Termasuk ketertiban batiniah adalah:
-  Menepati janji atau apa yang sudah diucapkan.
-  Taat kepada waktu yang sudah ditetapkan.
-  Tidak mengedepankan ucapan yang bertentangan.
-  Menyerukan tuntutan disiplin di tengah situasai yang kurang menghargai disiplin.
·         Termasuk ketertiban lahiriah adalah:
-  Sikap dan gerak badan yang baik.
-  Teks pidato yang terketik dan tersusun rapi.
-  Tulisan dipapan yang mudah dibaca.
-  Gambar atau lukisan yang jelas dipandang.
-  Tidak bertingkah yang ganjil.
-  Memperbanyak teks pidato secara bersih lalu membagikannya kepada para peserta.
Tanpa ketertiban batiniah, tidak mungkin ada ketertiban lahiriah.
4. Mimbar
Mimbar pidato itu bukan musuh, tetapi asisten dan sahabat dari si pembaca.

5. Persiapan Psikosomatis
Di bawah ini dibeberkan beberapa anjuran dan nasihat untuk menyiapkan fisik dan psikis sebelum tampil untuk membawakan pidato.
1.)    Yakinkan diri anda bahwa anda sungguh-sungguh sudah menyiapkan diri anda.
2.)    Jangan minum terlalu banyak sebelum tampil untuk berbicara, karena mencerna adalah pekerjaan yang berat dan memayahkan.
3.)    Jangan pernah naik mimbar untuk berpidato dengan perut kosong!
4.)    Jangan minum banyak alcohol atau kopi yang terlalu keras sebelumnya, karena dapat menyebabkan anda menjadi pusing atau mabuk.
5.)    Jangan lupa untuk pergi ke toilet (WC) sebelum tampil untuk pidato.
6.)    Kalau di toilet ada cermin, telitilah sekali lagi pakaian anda, baju, dasi, jas, celana panjang, sepatu dan lain-lain.
7.)    Ambillah kesempatan untuk berjalan-jalan di luar untuk menghirup udara segar.
8.)    Jangan pernah menelan tablet penenang, kalau anda tidak pernah mencoba semacam itu untuk mengetahui reaksinya, meskipun barangkali anda dinasihati oleh teman-teman yang berpengalaman.
9.)    Sekurang-kurangnya seperempat jam sebelum tampil, jangan pikirkan lagi tema yang akan anda dibicarakan dalam ceramah.
10.) Bergembiralah bahwa anda mendapat kesempatan untuk boleh berbicara di depan umum.
6. Sebelum Tampil di Tempat Pidato
Beberapa hal yang perlu dikontrol sebelum anda tampil untuk berbicara:
A.    Mengontrol Waktu
B.     Apa yang Harua Dibawa Serta?
C.     Hal-hal yang Berhubungan dengan Pribadi Pembicara
D.    Masalah-masalah Teknik
E.     Masalah Ruangan
7. Membawakan Pidato
A. Penampilan dan Teknik
B. Aturan-aturan Penampilan
C. Sapaan
Di bawah ini kami beberkan beberapa kemungkinan:
1)      Sapaan yang Umum
2)      Sapaan-sapaan Lokal
3)      Sapaan yang Menekankan Aspek Kebersamaan
4)      Sapaan pada Kesempatan-kesempatan Khusus
5)      Tamu/Undangan yang Terhormat
6)      Bila Kebanyakan Pendengar adalah Orang yang Dikenal
D.  Kalimat Pertama
E.   Bunyi “Eeh… Eeh”
F.    Membina Kontak dengan Pendengar
G.  Teknik Pause Selama Berpidato
Ada berbagai macam pause seperti disebutkan di bawah ini:
1)      Pause untuk Bernafas dan Mengurangi Ketegangan
2)      Pause untuk Berfikir dan Membuat Kontrol
3)      Pause untuk Menjebak atau Memberi Sugesti
4)      Pause Dramaturgis
5)      Pause untuk Mempertinggi Efektivitas
6)      Pause berdasarkan Disiplin
7)      Pause karena kehilangan jalan pikiran
8)      Rangkuman
H.  Lamanya Berpidato
I.     Mempergunakan Kata-kata Asing

F.     ANALISIS KESALAHAN-KESALAHAN SEORANG PEMBICARA
1.      Kesalahan dalam mengolah Pidato
-          Pidato tidak cukup menjelaskan pokok-pokok penting.
-          Kekurangan informasi sebelumnya mengenai situasi pendengar.
-          Factor-faktor yang menimbulkan keributan tidak diperhitungkan sebelumnya.
2.      Kesalahan Organisatoris
-          Media-media pembantu tidak direncanakan secara optimal.
-          Tidak mengambil kesempatan sebelum ceramah untuk berkontak dengan para pendengar.
-          Tidak menyiapkan teks yang cukup bagi para pendengar.
-          Tidak memperhatikan keadaan terang dan ventilasi udara di dalam ruangan ceramah.
-          Tidak mencoba dan mengecek alat-alat teknis sebelum memulai ceramah atau pidaro.
3.      Kesalahan dalam Penampilan dari Sikap
-          Penampilan yang tidak bersemangat.
-          Kurang ada kontak mata dengan para pendengar.
-          Hanya mengarahkan mata dan perhatian pada satu titik/tempat didalam ruangan.
-          Gerak-gerik yang tidak terkontrol.
-          Tangan dimasukkan ke dalam jaket atau saku celana.
-          Berdiri sambil memeluk atau menaruh perut pada mimbar.
-          Tidak tenang,melenggang kesana kemari.
-          Penampilan yang sombong dan pongah.
-          Menunjukkan kejenuhan dan kebosanan atau tanpa perhatian.
-          Pengantar yang salah ke dalam tema.
4.      Kesalahan dalam Berbicara
-          Terlalu banyak mengulang.
-          Tempo bicara yang terlalu cepat.
-          Mengkopi kebiasaan pembicara lain.
-          Teknik bicara yang buruk (suara,tekanan,ritme dan lain-lain).
-          Suara yang monoton,tidak ada tinggi rendah.
-          Bicara tidak jelas (artikulasi tidak jelas,menelan suku kata).
-          Terlalu banyak bunyi-antara yang mengganggu,sebagai tanda bahwa orang tidak menguasai bahan.misalnya:eh,a, e…
-          Kurang terampil mengatasi kesulitan bila kehilangan jalan pikiran.
-          Terlalu sering menegur atau menyinggung seorang wanita didalam ruangan,meskipun hanya dialah satu-satunya wanita yang hadir.
-          Tekanan yang salah atau buruk pada kata-kata.
-          Penggunaan dan penerapan kata-kata asing yang salah.
5.      Kesalahan dalam Hubungan dengan Pendengar
-          Terlalu sedikit visualisasi.
-          Terlalu sedikit contoh yang memberi kesegaran.
-          Terlalu sedikit pause diantaranya.
-          Kurang mempertimbangkan harapan dan keinginan pendengar.
-          Tidak cukup menanggapi keberatan-keberatan yang dikemukakan.
-          Tidak cukup awal mengenali masalah yang membuat pendengar merasa payah.
-          Mengandaikan nivo pendidikan pendengar terlalu tinggi.
-          Tidak berbicara dengan bahasa pendengar.
-          Menjelaskan istilah-istilah fak tidak cukup tepat dan mendalam.
-          Berbicara terlalu teoretis,melampaui daya tangkap pendengar.
-          Menceriterakan lelucon yang tidak pada tempatnya.
6.      Kesalahan dalam Hubungan dengan Teks/Manuskrip
-          Terlalu banyak pikiran asing-terlalu sedikit pikiran sendiri.
-          Menggunakan rumusan yang terlalu sulit dimengerti.
-          Kalimat-kalimat terlalu panjang.
-          Skema/outline yang tidak jelas.
-          Bahan kurang umum dan terlalu mendetil.
-          Teks dicetak terlalu rapat dan dengan huruf kecil.
-          Bagian yang penting dan mempunyai arti khusus tidak cukup diperhatikan.
-          Tidak ada ‘benang merah’.
-          Kekurangan diagram dan grafik.
-          Terlalu banyak bahan yang dibicarakan (terlalu luas).
-          Terlau menyimpang dari tema yang ditetapkan.
-          Seruan akhir yang tidak tepat sasar.
-          Tidak ada rangkuman pada akhir uraian.
7.      Kesalahan dalam Membawakan Pidato
-          Terlalu kjelas menunjukkan rasa takut dan cemas.
-          Kurang konsentrasi terhadap warta/pesan yang mau disampaikan,karena terlalu banyak berkecimpung dengan masalah pribadi.
-          Membuka halaman pidato terlalu keras (apalagi kalau mikropon peka).
-          Terlalu terikat pada teks,tanpa kadang-kadang bicara bebas.
-          Dalam pembeberan kurang ada selingan seperti anekdot,lelucon atau visualisasi.
-          Pidato diawali dengan permintaan maaf.
-          Sudah mulai berbicara,meskipun suasana belum tenang.
-          Kesulitan waktu memberi salam kepada para pendengar/hadirin.
-          Pidato itu terlalu sempurna sehingga menjadi steril.
-          Ketiadaan pertanyaan-pertanyaan retoris.
-          Berdiri terlalu jauh dari mikrofon,sehingga suara tidak jelas.
-          Gerak-gerik dan mimic kurang menyokong ucapan-ucapan.
-          Kekurangan teknik untuk menurunkan rasa tegang pada pendengar.
8.      Kekurangan-kekurangan Pribadi
-          Pandangan mata yang tidak terkontrol,sarkastis,terlalu sungguh-sungguh,selalu tertawa,dahi selalu berkerut dan lain-lain.
-          Memukul podium terlalu kuat.
-          Kelihatan mengantuk,nervus dan tegang.
-          Cepat gugup dan cemas kalau ada seruan di tangah pidato.
-          Tidak  ada dinamika.
-          Berbicara membosankan.
-          Menunjukkan kelainan pada diri seperti menggaruk-garuk telinga, menggaruk-garuk kumis atau janggut, menggigit bibir, mempermainkan kancing baju atau dasi dan lain-lain..

G.    NASIHAT BAGI PARA PEMBICARA
Di bawah ini diberikan beberapa nasihat bagi para pembicara:
1.      Datanglah lebih dahulu ke tempat pidato,untuk melihat situasi.
2.      Sebelum mulai berpidato,cobalah sekali lagi segala macam perlengkapan.
3.      Pengecekan yang terakhir ini akan menghindarkan anda dari kemacetan dan kegagaln.
4.      Waktu membawakan pidato,pendengar harus bisa melihat anda.
5.      Kalau harus duduk,jagalah supaya sikap tidak menjadi kaku.
6.      Jangan terlalu banyak brgerak kesana kemari waktu bicara,karena hal itu membuat para pendengar menjadi nervus.
7.      Bersikaplah asli dan rileks.
8.      Buatlah pause yang cukup ketika sedang membawakan pidato.
9.      Kalau haruis menggunakan papan tulis,janganlah berbicara dengan mengarahkan pandangan ke papan,tetapi kependengar.
10.  Pertimbangan apakah anda harus membagi manuskrip bahan pidato anda kepada pendengar sebelum atau sesudah ceramah/pidato.kalau sebelumnya dibagi maka beberapa pendengar tidak akan mendengarkan anda lagi.
11.  Sementara berpidato,jangan melihat keluar lewat jendela.
12.  Perhatikanlah sikap tubuh waktu berdiri atau duduk jangan memasukkan kedua tangan kedalam saku celana,kesan sombong.
13.  Kalau mempergunakan proyektor,maka janganlah berdiri didepan gambar/layar,tetapi disamping.
14.  Bila ada jawaban yang benar dari para pendengar,maka tegaskanlah apa yang benar dan pujilah kerja sama yang diberikannya.
15.  Hati-hati!jangan memarahi seseorang atau menelanjanginya di depan umum! Hal ini akan sukar dilupakannya.
16.  Panggillah dan tegurlah setiap peserta dengan namanya,kalau tidak dikenal,maka gunakanlah rumusan terhormat untuk orang ketiga.
17.  Sampaikan dan hubungi seorang pemimpin kelompok.tempatkan dia kedalam kelompok yang berpihak dengan anda.
18.  Pergunakanlah juga humor dalam pidato! Maka anda akan menciptakan atmosfer yang baik dan menyenangkan.
19.  Jauhkanlah bahasa yang mengandung sarkasne,ironi dan menimbulkan rasa benci.
20.  Usahakan supaya para pendengar juga turut berpartisipasi dan turut bekerja: efeknya akan jauh lebih besar.
21.  Perhatikanlah ventilasi dalam ruangan.
22.  Kalau para pendengar menguap,mengusap-usap matanya dan melihat-lihat ke jam tangan,berate anda berbicara terlalu lama dan membosankan.
23.  Pergunakanlah sebanyak dan sesering mungkin teknik bertanya.
Pujilah setiap sumbangan yang diberikan oleh setiap peserta,karena hal itu         


BAB V
PRASYARAT-PRASYARAT RETORIS
A.           PRASYARAT ORGANIS
1.      Pernafasan dan Teknik Bernafas
a.       Proses Pernafasan
Ada empat cara bernafas yang kita kenal:
1)      Pernafasan dada
2)      Pernafasan perut
3)      Pernafasan sisi dari rongga perut dan dada
4)      Pernafasan dalam (dan penuh)
b.      Hal yang harus diketahui
Pernafasan yang dalam akan menyebabkan orang merasa lebih sehat, memliki lebih banyak energy, tidak cepat menjadi payah dalam berbicara, tidur lebih enak, lebih cepat bangun, dan jelas berbicara.
c.       Teknik Bernafas pada Awal dan Selama Berpidato
Sebelum mulai berbicara, anda perlu menghembuskan nafas, supaya udara kotor dalam paru-paru dikeluarkan, dan paru-paru dikosongkan, sehingga ada cukup tempat untuk udara baru yang segar. Untuk membawakan pidato atau ceramah perlu sejumlah besar udara yang masuk ke dalam paru-paru.
d.      Mengontrol Teknik Bernafas Tiap Hari
Supaya pernafasan perut dan rongga dada bisa berfungsi baik, secara otomatis, haruslah dibuat latihan pernafasan setiap ahri, misalnya waktu berjalan-jalan pada pagi atau sore hari. Waktu  membaca atau berbicara, berusahalah supaya suku-suku kata teakhir diucapkan dengan jelas dan diberi tekanan, sehingga dengan itu bisa menghembuskan nafas dengan lebih baik.
e.       Latihan-Latihan
1)      Latihan Membaca Waktu Bernafas
2)      Latihan Kelompok
3)      Test Anak korek Api
4)      Test Lilin dan Kelompok
2.      Membina Suara
a.       Modalasi Suara
Efektivitas dalam berbicara tidak tergantung dari teknik bernafas, resonansi dan artikulasi, tetpi juga tergantung dari modulasi suara. Modulasi berarti satu perubahan ritmis dari intonasi bahasa dalam hubungan naik turunnya suara secara sadar.
b.      Resonansi dan Suara
Ada bagian-bagian tunuh manusia yang dapat member resonansi yang kuat. Bagian-bagian ini adalah:
1)      Seluruh kerangka tulang manusia
2)      Rongga kerongkongan
3)      Tenggorak kepala manusia
4)      Rongga dada
3.      Gerak-gerik dan Bahasa Tubuh
Gerak-gerik dan ekspresi tubuh dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia yang paling dalam dan paling tersembunyi. Gerak-gerik adalah satu bantuan optis untuk memperjelas apa yang diucapkan, oleh karena itu tidak boleh berlebih-lebihan. Kebanyakan pembicara sudah mengusai gerak-gerik tertentu sehingga dapt dipergunakan kapan saja, bilamana mereka mengucapkan suatu pidato.

B.            PRASYARAT BAHASA
1.      Bahasa dan Retorika
a.       Pentingnya Bahasa
Orang dapat kehilangan wibawa dan pengaruh dalam waktu beberapa menit saja, karena ketidaktrampilan dan ketidaktepatan, serta ketidakbecusan dalam suatu pidato. Bahsa juga perlu untuk bidang-bidang ilmu yang membutuhkan keandalan rohani yang tinggi, tergantung bagaimana orang menyusun dan membawakannya.
b.      Kesadaran Berbicara dan Efektifitasnya
Sekitar 95% manusia berbicara tanpa sadar. Semua orang yang berbicara sering terjatuh di dalam bahaya yang besar. Lewat bahasa yang tidak disadari, orang tidak lagi merasakan gerakan badannya. Orang tidak lagi mengontrol gambaran luar dan akibat estetis dari bahasanya. Tetapi justru ini memancing simpati atau sebaliknya. Itulah sebabnya setiap pembicara harus memiliki kesadaran akan akibat-akibat pembicaraannya.
2.      Ritme dan Dinamika Bicara
a.       Dinamika Bicara
Suara adalah penopang dan pembantu dalam membina dinamika bicara. Ketiadaan dinamaika dalam berbicara dan berbahasa akan membawa pengaruh negative terhadap kewibawaan dan kepribadian pembicara. Oleh karena itu seorang pembicara yang ingin sukses dalam kariernya harus memiliki dinamika dalam berbahasa, yang mengandung daya meyakinkan dan daya persuasi.
b.      Ritme Bicara
Untuk percakapan sehari-hari dan bahasa populer tidak diperlukan suatu ritme bahasa. Bentuk-bentuk ritme bahasa menyebabkan bahasa yang diucapkan menjadi lebih hidup dan lebih bervariasi dalam irama yang dinyanyikan. Ini akan menjadi dasar melodi yang akan memperindah bahasa yang akan diucapkan.
3.      Perbendaharaan Kata
a.       Fungsi Perbendaharaan Kata
Setiap kata memiliki isi. Isi kata ini menghantar manusia kepada pengertian. Dalam kehidupan praktis, banyak orang yang karena jabatan dan tugasnya harus mempengaruhi, mensugesti dan meyakinkan orang lain, dan semuanya ini hanya mungkin kalau dia memilih kata-kata dan pengertian yang cukup.
b.      Memperluas Perbendaharaan Kata
Orang bisa menyelidiki perbendaharaan kata-katanya dengan jalan merekam pembicaraannya, dan sesudah itu mendengarkan kembali. Orang sendiri akan terkejut  waktu mendengar kata-kata yang dipergunakannya. Tidak hanya itu. Tetapi dialektik, suara dan sususan kalimat yang dipergunakannya akan mengejutkan dia. Itulah sebabnya setiap pembicara perlu memperluas perbendaharaan kata-katanya.
4.      Susunan Kalimat
Atas dasar susunan kalimat-kalimat pidato, orang dapat mengetahui format logis dan rohani seorang manusia. Kalimat itu ada yang pendek, sederhana, setengah panjang, panjang, rumit, dan sulit. Tetapi dewasa ini kalimat-kalimat panjang bukan lagi merupakan mode sebab kalimat yang panjang menyulitkan pembicara untuk mengatur pernafasan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar