Halaman

Label

Kamis, 03 Mei 2012

Kritik Sastra


Pendahuluan

Kesusastraan Indonesia modern masih muda. Begitu pula ilmu sastra modern pun belum berkembang dengan sempurna. Ilmu sastra memilki tiga bagian atau tiga cabangnya, yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Dalam hal ini yang mejadi tumpuan  adalah kritik sastra sebagai sarana untuk menghakimikarya sastra, untuk  menilai karya-karya sastra dan memberi keputusan bermutu atau tidaknya suatu karya sastra yang sedang dihadapi kritikus. Kritik sastra adalah pertimbangan baik dan buruk suatu karya sastra, pertimbangan bernilai seni atau tidaknya

Dalam pembahasan kali ini penulis mencoba untuk mengkritik suatu karya sastra secara obyektif. Cerpen yang berjudul Kartu Pos dari Surga akan dianalisis secara obyektif untuk mengetahui cerpen ini secara obyektif mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen Kartu Pos dari Surga. Penulis mencoba mencari masalah-masalah yang terkandung dalam cerpen tersebut.
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah tentang penokohan dan pesan-pesan yang disampaikan dalam cerpen Kartu Pos dari Surga  serta nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen tersebut dengan pendekatan secara obyektif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui siapakah tokoh utama, pesan-pesan yang ada dalam cerpen ini, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.


1.      Pengertian kritik sastra objektif atau struktural.
Teori kritik sastra objektif merupakan teori yang harus dilihat sebagai objek yang mandiri dan menonjolkan karya sastra sebagai struktur verbal yang otonom dengan koherensi intern. Kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia otonom, sebuah dunia yang dapat melepaskan diri dari siapa pengarangnya, dan lingkungan sosial budayanya
Senada dengan hal itu menurut Semi (1989:13) menyatakan ” suatu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya sastra adalah karya mandiri”. Tanpa perlu memandang sastra dari segi pengarang atau dunia dan sekitarnya. Teori ini dilihat berdasarkan objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri. Oleh karena itu kritik ini dilakukan atas suatu karya sastra dengan kajian unsur instrinsik semata.
2.        Analisis Kritik Sastra Objektif
Unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri. Menurut Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
1.         Tema
Tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama. Tema merupakan aspek utama yang sejarah dengan makna dalam kehidupan manusia, sesuatu yang dijadikan pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007: 36).
Dalam cerpen Kartu Pos dari Surga ini mempunyai tema tentang kejujuran.
Data :
“Tongkat pel yang dipegangnya nyaris terlepas, dan Bik Sari merasa mulutnya langsung kaku. Ia harus menjawab apa? Bik Sari bisa melihat mata kecil yang bening itu seketika meredup, seakan sudah menebak, karna ia terus diam saja. Sungguh, ia selalu tak tahan melihat mata yang kecewa itu.”

Dari cuplikan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa Bik Sari tidak dapat membohongi Beningnya. Mulut Bik Sari tidak dapat bicara apapun kepadanya karena Bik Sari tidak tega melihat Beningnya kecewa.
Data :
Marwan tak berani menatap mata anaknya, ketika Beningnya terisak dan berlari ke kamarnya. Bahkan membohongi anaknya saja ia tak bisa! Barangkali memang harus berterus terang. Tapi bagaimanakah menjelaskan kematian pada anak seusianya? Rasanya akan lebih mudah bila jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa membiarkan Beningnya melihat Mamanya terakhir kali.

Dari cuplika cerpen di atas dapat terlihat bahwa Marwan juga tidak dapat membohongi Anaknya sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa tema dalan cerpen Kartu Pos dari Surga adalah kejujuran.
2.         Alur
Alur adalah jalan suatu cerita untuk menerangkan bagaimana jalannya cerita
Alur dalam cerpen Kartu Pos dari Surga memakai alur sorot balik, ini dapat dilihat dari data berikut ini.
·         Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung meloncat menghambur. ”Hati-hati!” teriak sopir.
Tapi gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba. Di kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama kali ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.
·         Marwan hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang tadi. ”Sekarang, setiap pulang, Beningnya selalu nanya kartu pos…” suara pembantunya terdengar serba salah. ”Saya ndak tahu mesti jawab apa…” Memang, tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia masih belum genap enam tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban langsung bila anaknya bertanya, ”Kok kartu pos Mama belum datang ya, Pa?”
·         Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit dan ia mendapati Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren. Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
·         Mobil jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di pagar rumah. Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat Beningnya gembira ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang diam-diam ia kirim. Dari jendela ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu, seperti tercekat, kemudian berlarian tergesa masuk rumah.
·         Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu.
”Wah, udah datang ya kartu posnya?”
Marwan melihat mata Beningnya berkaca-kaca.
·         Ketukan gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Dua belas lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya.
·         Bergegas Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar anaknya. Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia mendengar Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah bercakap-cakap dengan seseorang. Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin menggenangi lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.
·         Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa kartu pos dipegangi anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa alur yang dipakai adalah alur sorot balik, karena dalam cerpen di atas bercerita dari Beningnya yang pulang sekolah, kemudian mengadu pada ayahnya dan pada malam harinya Beningnya pun membangunkan ayahnya di kamarnya. Pada bagian kedua peristiwa tersebut terulang hampir kembali dengan konteks yang hampir sama tetapi endingnya Beningnya bertemu debgan ibunya yang selalu mengirimkan kartu pos padanya. Ironisnya Beningnya belum mengetahui tenteng kematian ibunya.

3.         Latar
a.    Latar tempat, yaitu latar mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu
b.    Latar Sosial, yaitu yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar tempat dalam cerpen tersebut adalah
1.      depan rumah.
Data:
·         Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba........ Beningnya tertegun, mendapati kotak itu kosong. Ia melongok, barangkali kartu pos itu terselip di dalamnya.
·         Mobil jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di pagar rumah.
Dalam cuplikan di atas, latar yang terjadi berada di depan rumah karena hal itu dapat dilihat dari kotak pos, ltek kotak pos selalu berada di depan rumah.
2.      Kamar Marwan.
Data:
·         Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit dan ia mendapati Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren. Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
·         Ketukan gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Dua belas lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya.
3.      Depan kamar Beningnya
Data:
·         ”Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu sulit ia buka.
·         Entahlah berapa lama ia menggedor, ketika akhirnya cahaya keperakan itu seketika lenyap dan pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil memegangi selimut. Segera Marwan menyambar mendekapnya. Ia melongok ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi. Hanya kartu pos-kartu pos yang berserakan.
4 .   Ruang kantor
Data :
·         Itulah. Ia selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan menatap Ita, yang tampak memberi isyarat agar ia melihat ke sebelah. Beberapa rekan sekantornya terlihat tengah memandang mejanya dengan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga ia dan Ita….
4.         Penokohan
Penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca
Tokoh dalam cerita ini adalah
1.      Marwan
Marwan sifatnya baik, bijaksana, tetapi tidak bisa menentukan sikap kepada anaknya sendiri.
2.      Beningnya
Beningnya, sifatnya baik, terobsesi dengan kartu pos dari ibunya, dan cengeng.
3.      Bik Sari
Bik Sari sifatnya baik.
4.      Ren
Ren, sifatnya baik, pantang menyerah, dan suka berpetualang ke luar kota.
5.      Ita
Ita sifatnya baik.


5.         Sudut pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang ketiga karena dalam cerpen tersebut menggunakan nama orang seperti Marwan, Bik Sari, Ren, Beningnya, Ita.
6.         Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang dalam suatu karya sastra baik itu dalam cerpen, prosa, puisi, dan sebagainya
3.      penutup
dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam crpen tersebut adalah kejujuran dan menggunakan alur sorot balik dalam penceritaannya. Latar tempat yang ada dalam cerita tersebut adalah di depan rumah, di kamar Marwan, di depan kamar beningnya, dan di ruang kantor. Tokoh tokoh dalam cerita itu Marwan, Beningnya, Ren, Bik Sari, dan Ita. Sedangkan sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga. Pesan yang ingin disampaikan adalah supaya orang-orang jujur terhadap siapapun walaupun kepada anak kita sendiri yang masih dikira belum cukup umur untuk mengetahuinya, karena jika disimpan lebih lama bisa-bisa jadi bom waktu.


daftar pustaka

Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM press
Pradopo, Rachmat Djoko.2007. prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
-------------.2009. 20 Cerpen Indonesia terbaik 2009. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar