Pendahuluan
Kesusastraan
Indonesia modern masih muda. Begitu pula ilmu sastra modern pun belum
berkembang dengan sempurna. Ilmu sastra memilki tiga bagian atau tiga
cabangnya, yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Dalam hal ini
yang mejadi tumpuan adalah kritik sastra
sebagai sarana untuk menghakimikarya sastra, untuk menilai karya-karya sastra dan memberi
keputusan bermutu atau tidaknya suatu karya sastra yang sedang dihadapi
kritikus. Kritik sastra adalah pertimbangan baik dan buruk suatu karya sastra,
pertimbangan bernilai seni atau tidaknya
Dalam
pembahasan kali ini penulis mencoba untuk mengkritik suatu karya sastra secara
obyektif. Cerpen yang berjudul Kartu Pos
dari Surga akan dianalisis secara obyektif untuk mengetahui cerpen ini
secara obyektif mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen Kartu Pos dari Surga. Penulis mencoba
mencari masalah-masalah yang terkandung dalam cerpen tersebut.
Rumusan
masalah yang akan dibahas adalah tentang penokohan dan pesan-pesan yang disampaikan
dalam cerpen Kartu Pos dari Surga serta nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
tersebut dengan pendekatan secara obyektif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
siapakah tokoh utama, pesan-pesan yang ada dalam cerpen ini, dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
1.
Pengertian
kritik sastra objektif atau struktural.
Teori kritik sastra objektif merupakan teori yang harus dilihat sebagai
objek yang mandiri dan menonjolkan karya sastra sebagai struktur verbal yang
otonom dengan koherensi intern. Kritik sastra yang memandang karya sastra
sebagai dunia otonom, sebuah dunia yang dapat melepaskan diri dari siapa
pengarangnya, dan lingkungan sosial budayanya
Senada dengan hal itu menurut Semi (1989:13) menyatakan ” suatu kritik
sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya sastra
adalah karya mandiri”. Tanpa perlu memandang sastra dari segi pengarang atau
dunia dan sekitarnya. Teori ini dilihat berdasarkan objek yang berdiri sendiri,
yang memiliki dunia sendiri. Oleh karena itu kritik ini dilakukan atas suatu
karya sastra dengan kajian unsur instrinsik semata.
2.
Analisis Kritik
Sastra Objektif
Unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh,
dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas,
dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu
sendiri. Menurut Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi
unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri.
1.
Tema
Tema
adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya
dengan cara yang sederhana. Tema bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama.
Tema merupakan aspek utama yang sejarah dengan makna dalam kehidupan manusia,
sesuatu yang dijadikan pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007: 36).
Dalam cerpen Kartu Pos dari Surga ini mempunyai tema tentang kejujuran.
Data :
“Tongkat
pel yang dipegangnya nyaris terlepas, dan Bik Sari merasa mulutnya langsung
kaku. Ia harus menjawab apa? Bik Sari bisa melihat mata kecil yang bening itu
seketika meredup, seakan sudah menebak, karna ia terus diam saja. Sungguh, ia
selalu tak tahan melihat mata yang kecewa itu.”
Dari
cuplikan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa Bik Sari tidak dapat membohongi
Beningnya. Mulut Bik Sari tidak dapat bicara apapun kepadanya karena Bik Sari
tidak tega melihat Beningnya kecewa.
Data
:
Marwan
tak berani menatap mata anaknya, ketika Beningnya terisak dan berlari ke
kamarnya. Bahkan membohongi anaknya saja ia tak bisa! Barangkali memang harus
berterus terang. Tapi bagaimanakah menjelaskan kematian pada anak seusianya?
Rasanya akan lebih mudah bila jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa
membiarkan Beningnya melihat Mamanya terakhir kali.
Dari
cuplika cerpen di atas dapat terlihat bahwa Marwan juga tidak dapat membohongi
Anaknya sendiri.
Dapat
disimpulkan bahwa tema dalan cerpen Kartu Pos dari Surga adalah kejujuran.
2.
Alur
Alur adalah jalan suatu cerita untuk menerangkan bagaimana jalannya cerita
Alur dalam cerpen Kartu Pos dari
Surga memakai alur sorot balik, ini dapat dilihat dari data berikut ini.
·
Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya
langsung meloncat menghambur. ”Hati-hati!” teriak sopir.
Tapi
gadis kecil itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas halaman.
Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari Mama telah tiba. Di
kelas, tadi, ia sudah sibuk membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos
Mama kali ini? Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.
·
Marwan hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang
tadi. ”Sekarang, setiap pulang, Beningnya selalu nanya kartu pos…” suara
pembantunya terdengar serba salah. ”Saya ndak tahu mesti jawab apa…” Memang,
tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia masih belum genap enam
tahun. Marwan sendiri selalu berusaha menghindari jawaban langsung bila anaknya
bertanya, ”Kok kartu pos Mama belum datang ya, Pa?”
·
Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit dan ia mendapati
Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren.
Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan
melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
·
Mobil jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat
Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh
hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di pagar rumah.
Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat Beningnya gembira
ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang diam-diam ia kirim. Dari jendela
ia bisa melihat anaknya memandangi kartu pos itu, seperti tercekat, kemudian
berlarian tergesa masuk rumah.
·
Marwan
menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos itu.
”Wah, udah datang ya kartu posnya?”
Marwan melihat mata Beningnya
berkaca-kaca.
·
Ketukan gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Dua
belas lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya.
·
Bergegas Marwan mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan
kamar anaknya. Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan cahaya
lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia mendengar Beningnya yang cekikikan
riang, seperti tengah bercakap-cakap dengan seseorang. Hawa dingin bagai
merembes dari dinding. Bau wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin
menggenangi lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.
·
Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain
serupa kartu pos dipegangi anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain itu.
Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas terbakar.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa alur yang dipakai adalah alur
sorot balik, karena dalam cerpen di atas bercerita dari Beningnya yang pulang
sekolah, kemudian mengadu pada ayahnya dan pada malam harinya Beningnya pun
membangunkan ayahnya di kamarnya. Pada bagian kedua peristiwa tersebut terulang
hampir kembali dengan konteks yang hampir sama tetapi endingnya Beningnya bertemu debgan ibunya yang selalu mengirimkan
kartu pos padanya. Ironisnya Beningnya belum mengetahui tenteng kematian
ibunya.
3.
Latar
a. Latar tempat, yaitu latar mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu
b. Latar Sosial, yaitu yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Latar tempat dalam
cerpen tersebut adalah
1. depan rumah.
Data:
·
Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos dari
Mama telah tiba........ Beningnya tertegun, mendapati kotak itu kosong. Ia
melongok, barangkali kartu pos itu terselip di dalamnya.
·
Mobil jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat
Beningnya meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh hati-hati,
tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di pagar rumah.
Dalam cuplikan di
atas, latar yang terjadi berada di depan rumah karena hal itu dapat dilihat
dari kotak pos, ltek kotak pos selalu berada di depan rumah.
2. Kamar Marwan.
Data:
·
Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit dan ia mendapati
Beningnya berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren.
Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu pos dari Ayahnya. Marwan
melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
·
Ketukan
gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun. Dua belas lewat, sekilas ia
melihat jam kamarnya.
3. Depan kamar Beningnya
Data:
·
”Beningnya!
Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang entah kenapa begitu sulit
ia buka.
·
Entahlah
berapa lama ia menggedor, ketika akhirnya cahaya keperakan itu seketika lenyap
dan pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil memegangi selimut. Segera Marwan
menyambar mendekapnya. Ia melongok ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi.
Hanya kartu pos-kartu pos yang berserakan.
4 .
Ruang kantor
Data :
·
Itulah.
Ia selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan menatap Ita, yang
tampak memberi isyarat agar ia melihat ke sebelah. Beberapa rekan sekantornya
terlihat tengah memandang mejanya dengan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga
ia dan Ita….
4.
Penokohan
Penokohan lebih luas pengertiannya
daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca
Tokoh dalam cerita ini adalah
1.
Marwan
Marwan sifatnya baik, bijaksana, tetapi
tidak bisa menentukan sikap kepada anaknya sendiri.
2.
Beningnya
Beningnya, sifatnya baik, terobsesi
dengan kartu pos dari ibunya, dan cengeng.
3.
Bik Sari
Bik Sari sifatnya baik.
4.
Ren
Ren, sifatnya baik, pantang menyerah,
dan suka berpetualang ke luar kota.
5.
Ita
Ita sifatnya baik.
5.
Sudut pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya.
Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen
ini adalah sudut pandang orang ketiga karena dalam cerpen tersebut menggunakan
nama orang seperti Marwan, Bik Sari, Ren, Beningnya, Ita.
6.
Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan
pengarang dalam suatu karya sastra baik itu dalam cerpen, prosa, puisi, dan
sebagainya
3.
penutup
dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam crpen tersebut
adalah kejujuran dan menggunakan alur sorot balik dalam penceritaannya. Latar
tempat yang ada dalam cerita tersebut adalah di depan rumah, di kamar Marwan,
di depan kamar beningnya, dan di ruang kantor. Tokoh tokoh dalam cerita itu
Marwan, Beningnya, Ren, Bik Sari, dan Ita. Sedangkan sudut pandang yang dipakai
adalah sudut pandang orang ketiga. Pesan yang ingin disampaikan adalah supaya
orang-orang jujur terhadap siapapun walaupun kepada anak kita sendiri yang masih
dikira belum cukup umur untuk mengetahuinya, karena jika disimpan lebih lama
bisa-bisa jadi bom waktu.
daftar
pustaka
Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM press
Pradopo,
Rachmat Djoko.2007. prinsip-Prinsip Kritik
Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
-------------.2009. 20 Cerpen Indonesia terbaik 2009.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar