Halaman

Label

Selasa, 15 Mei 2012

Memudarnya Kesantunan Berbahasa Madura di Desa Sumberpandan


M. Nurul hidayah
090210402113
Penulisan artikel ilmiah

Memudarnya Kesantunan Berbahasa Madura di Desa Sumberpandan


ABSTRACT:  language is tool to comunikating or submit messsage.  Suavity speaks tobe media to dectect how big person evaluates another person passes language this watcfulness aims to dectect suavity speaks in society. From watcfulness result show that’s this time suavity is speaking to be begin to paled.


Keyword: suavity speaks

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau dan banyak banyak terdapat suku dan etnis yang berbeda yang mengakibatkan banyak terdapat bermacam-macam kebudayaan, termasuk budayanya.
Pada dasarnya bahasa di Indonesia terdapat bermacam-macam seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa, basah Madura, bahasa Sasak dan masih banyak lagi bahasa yng lain. Kekayaan yang di miliki Indonesia tersebut harus kita jaga kelestariannya, pada zaman sekarang kesantunan berbahasa madura mulai memudar di kalangan masyarakat Sumberpandan, mungkin hal ini dikarenakan menggunakan basa krama terlalu sulit, atau mungkin juga karena pengaruh zaman modern atau global ini.
Padahal dalam bahasa terdapat kandungan budaya dari pemilik bahasa yang bersangkutan. Secara tidak langsung kebenaran itu juga dilakukan oleh Ahli bahasa di Indonesia lewat slogan politik bahasa nasional ( yang banyak di pelopori oleh pusat  bahasa nasional Jakarta ) yang berbunyi “ Bahasa menunjukkan Bangsa ”. Menurut Sapir dan Whorf budaya suatu bangsa dapat dilihat dari bahasanya (Cooper, 1973:99-100; Wahap, 1998:37: Sukatman dalam Lingua Franca volume 6, 2005:50).
Dari slogan diatas menunjukkan bahwa bahasa merupakan milik bangsa. Apabila bahasa daerah memudar maka akan menunjukkan bangsa itu tidak dapat mempertahankan budayanya.
Metode yang dipakai untuk artikel ini adalah metode penelitian, metode yang sering dignakan untuk meneliti sesuatu seperti artikel ini.        Pemerolehan data ini melalui proses mendengar suatu percakapan seseorang dengan rekan mainnya. Data ini berupa tulisan/salinan dari proses merekam dalam pikiran sehingga data yang disalinkan tidak berupa rekaman suara. Proses dari pemerolehan ini data ini dari mendengarkan dan mencatat beberapa percakapan sehingga diperoleh data seperti itu. Proses  analisis untuk menyimpulkan artikel ini adalah membacanya kemudian mencari kalimat yang dianggap bahwa Madura kasar yang sering digunakan dalam percakapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1.      pengaruh globalisasi
2.      kesantunan dalam bersikap
3.      tidak adanya strata keturunan/
Hal ini akan dibuktikan dengan pembuktian lewat topik berikut. Percakapan di telepon, bahasa yang digunakan dicampur-campur, dan percakapan dalam keluarga terutama adik dan kakak.


Percakapan di telphon
            Padaa saat menelpon anak-anak di Sumberpandan tidak menghiraukan dengan siapa mereka berbicara, dengan siapa mereka ngobrol.
Mereka tidak memperdulikan hal-hal apa saja yang seharusnya dihindari jika sedang mengobrol atau berbicara dengan orang lebih tua.
Hal-hal ini bukan lagi janggal dalam kehidupan masyarakat akan tetapi ini merupakan kebiasaan yang mengakibatkan memudarnya kesatuan berbahasa.
Hal ini bisa dilihat dari contoh dibawah ini.

Percakapan di telphon
Intanl : “ Tad, sakenga gik buruh bedhe Bobi, Tad, pas sms ajunan tad, etelpon bik kaule                tad? “
Ustad : “ ………… “
Intan  : “ Tad, Sifa selingkuh!
             Sifa selingkuh, de’ remmah reh?!”
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Tak rela tad, neser ka ajunan tad can Sifa!”
Ustad : “ ………… “
Intan  : “ Hahahaha “
Ustad : “ ………… “
Intan  : “ Ya Allah, cek jahatta Sifa reh, kot-nyongkot aghi Sifa selingkuh ongguen tad.
             De’remmah reh
             Sakit hatiku remuk jantungku, tuk membencimu.”
Ustad : “ ………… “
Intan  : “ Apah? Apah koh?
             Tek kadek ya’a gik bedhe perlona ka engko’  adek tersayangah.”
Ustad : “ ………… “
Intan  : “ Napah? Apa tad, ustad re ko?,
             Lah ustadta ta’ genna,
             Apa? Pok-kopoken ustadta,
             Napa kooo?
             Ustad tak genna
             Mulae se tak bender.”
Dilihat dari contoh diatas, nama-nama kesantunan dalam berbahasa madura nyaris tidak ada. Hal ini terbukti jika penggunaan bahasa kromo daerah terutama bahasa daerah madura sudah semakin jarang penggunaannya.





Bahasa yang di gunakan dicampur-campur
            Pada pembicaraan kepada teman sepermainan yang berasal dari desa lain cenderung menggunakan bahasa campuran yaitu bahasa madura dan bahasa Indonesia, terkadang pola memakai bahasa madura yang dibahasaIndonesiakan,dengan ini maka kesantun dalam berbahasa tidak akan tampak malah cenderung tidak ada.
Perhatikan saja contoh dialog berikut.

            Bahasa yang digunakan di campur-campur dengan bahasa Indonesia.
Sugik   : “ Mas kakinya itu kenapa?”
:Joko    :  “ Saya habis labu barusan.”
Sugik   : “ Gimana mas,,esak?”
Joko     : “ Esak,reah cuman bengkak disini.!
Sugik   : ” Mak bissah tagger labu mas?”
Joko     : “ Ya,barusan tak koat nahan sapeda ekececce’en saya pas muak rebbe dari poreng,
              Oya gik buruh saya lihat mak tak mukkak bengkellah?”
Sugik   : “ Oya mas,saya gerring mungkin selasa bukkaknya.”
Joko     : “ Pantesan pagerreh etotop semua,napa gak bapak aja yg bukkak?”
Sugik   : “ Bapak tak bisah mas, bapak ngoroseh senanem cabbih.”
Joko     : “ Tadi pagi saya ke cacak mu, saya tanyak kamu,
  katanya cacaknya, kamu gerring.”
Sugik   : “ Ya,,mas udah 4 hari saya sakit, palang tadek pamasokan sakaleh mas.”  

Dari percakapan ditas terlihat bahwa kesantunan dalam berbahasa sudah terkontaminasi dengan bahasa indonesia. Kemungkinan pemakaian bahasa seperti ini sudah biasa dilakukan agar terkesan gaul, masyarakat desa terutama jika menggunakan bahasa indonrsia dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari itu tabu, sehinga penggunaan bahasa madura dicampur  bahasa indonesia supaya terkesan gaul.



Percakapan dalam keluarga terutama adik dan kakak.
            Dalam percakapan suatu keluarga juga terdapat kepudaran dalam kesantunan berbahasa. Banyak terdapat penyimpangan dalam berbahasa, mereka tidak perduli dengan siapa dia berbicara walaupun sudah terdapat sebutan kata kak yang menunjukkan bahwa mereka sedang berbicara terhadap yang lebih tua tetapi isi dari pembicaraan tersebut masih menunjukkan pengguna bahasa masih menggunakan bahasa daerah yang agak koyar.
            Percakapan
Nurul   : “ Dek, gellek be’en dekmah?”
Zaenul : “ Enjek, kak, engkok tak dekmah”
Nurul   : “ Seah masa’rah< jek maseh gellek ben agonjeng cewek!”
Zaenul : “ Enjek, kok gellek bing tang kancah.”
Nurul   : “ Uhuy-uhuy, kanca ca’na!”
Zaenul : “ Reh tak partajeh, ya ya weslah ca’na be’en”
Nurul   : “ Dek, lapar kok, melle aghi mie yak!”
Zaenul : “ Enjek rah, jelen dhibik beih”
Nurul   : “ Mara ra, mak dekyeh, mun erosoro setuaan reah kodu norot”
Zaenul : “ Jek, kok males”
Dari data diatas bahwa menunjukkan penggunaan bahasa madura dalam kehidupan sehari-hari masih belum terdapat kesantunan dalam penggunaannya.



Kesimpulan
            Berdasarkan paparan diatas dapat di pahami bahwa kesantunan berbahasa dalam lingkungan Sumberpandan sudah mengalami kepudaran, hal ini dapat diketahui oleh percakapan-percakapan dalam telepon, dalam keluarga, bahwa kesantunan daerah muali memudar, dengan demikian menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak mampu menjaga budaya bangsa yang ditunjukkan dengan memudarnya kesantunan berbahas dalma masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar