M. Nurul hidayah
090210402113
Penulisan artikel
ilmiah
Memudarnya Kesantunan
Berbahasa Madura di Desa Sumberpandan
ABSTRACT: language is tool to comunikating or submit
messsage. Suavity speaks tobe media to
dectect how big person evaluates another person passes language this watcfulness
aims to dectect suavity speaks in society. From watcfulness result show that’s
this time suavity is speaking to be begin to paled.
Keyword: suavity
speaks
Indonesia merupakan negara yang
terdiri dari banyak pulau dan banyak banyak terdapat suku dan etnis yang
berbeda yang mengakibatkan banyak terdapat bermacam-macam kebudayaan, termasuk
budayanya.
Pada dasarnya
bahasa di Indonesia terdapat bermacam-macam seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa,
basah Madura, bahasa Sasak dan masih banyak lagi bahasa yng lain. Kekayaan yang
di miliki Indonesia tersebut harus kita jaga kelestariannya, pada zaman
sekarang kesantunan berbahasa madura mulai memudar di kalangan masyarakat Sumberpandan,
mungkin hal ini dikarenakan menggunakan basa krama terlalu sulit, atau mungkin
juga karena pengaruh zaman modern atau global ini.
Padahal dalam
bahasa terdapat kandungan budaya dari pemilik bahasa yang bersangkutan. Secara
tidak langsung kebenaran itu juga dilakukan oleh Ahli bahasa di Indonesia lewat slogan politik bahasa nasional (
yang banyak di pelopori oleh pusat
bahasa nasional Jakarta
) yang berbunyi “ Bahasa menunjukkan Bangsa ”. Menurut Sapir dan Whorf budaya
suatu bangsa dapat dilihat dari bahasanya (Cooper, 1973:99-100; Wahap, 1998:37:
Sukatman dalam Lingua Franca volume 6, 2005:50).
Dari slogan diatas
menunjukkan bahwa bahasa merupakan milik bangsa. Apabila bahasa daerah memudar
maka akan menunjukkan bangsa itu tidak dapat mempertahankan budayanya.
Metode yang
dipakai untuk artikel ini adalah metode penelitian, metode yang sering dignakan
untuk meneliti sesuatu seperti artikel ini. Pemerolehan
data ini melalui proses mendengar suatu percakapan seseorang dengan rekan
mainnya. Data ini berupa tulisan/salinan dari proses merekam dalam pikiran
sehingga data yang disalinkan tidak berupa rekaman suara. Proses dari
pemerolehan ini data ini dari mendengarkan dan mencatat beberapa percakapan
sehingga diperoleh data seperti itu. Proses
analisis untuk menyimpulkan artikel ini adalah membacanya kemudian
mencari kalimat yang dianggap bahwa Madura kasar yang sering digunakan dalam
percakapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1.
pengaruh globalisasi
2.
kesantunan dalam bersikap
3.
tidak adanya strata keturunan/
Hal ini akan
dibuktikan dengan pembuktian lewat topik berikut. Percakapan di telepon, bahasa
yang digunakan dicampur-campur, dan percakapan dalam keluarga terutama adik dan
kakak.
Percakapan di telphon
Padaa
saat menelpon anak-anak di Sumberpandan tidak menghiraukan dengan siapa mereka
berbicara, dengan siapa mereka ngobrol.
Mereka tidak memperdulikan hal-hal
apa saja yang seharusnya dihindari jika sedang mengobrol atau berbicara dengan
orang lebih tua.
Hal-hal ini bukan lagi janggal
dalam kehidupan masyarakat akan tetapi ini merupakan kebiasaan yang mengakibatkan
memudarnya kesatuan berbahasa.
Hal ini bisa dilihat dari contoh
dibawah ini.
Percakapan di
telphon
Intanl : “ Tad, sakenga gik buruh
bedhe Bobi, Tad, pas sms ajunan tad, etelpon bik kaule tad? “
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Tad, Sifa selingkuh!
Sifa selingkuh, de’ remmah reh?!”
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Tak rela tad, neser ka
ajunan tad can Sifa!”
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Hahahaha “
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Ya Allah, cek jahatta Sifa reh,
kot-nyongkot aghi Sifa selingkuh ongguen tad.
De’remmah reh
Sakit hatiku remuk jantungku, tuk membencimu.”
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Apah? Apah koh?
Tek kadek ya’a gik bedhe perlona ka
engko’ adek tersayangah.”
Ustad : “ ………… “
Intan : “ Napah? Apa tad, ustad re ko?,
Lah ustadta ta’ genna,
Apa? Pok-kopoken ustadta,
Napa
kooo?
Ustad tak genna
Mulae se tak bender.”
Dilihat dari
contoh diatas, nama-nama kesantunan dalam berbahasa madura nyaris tidak ada. Hal ini terbukti jika penggunaan bahasa
kromo daerah terutama bahasa daerah madura sudah semakin jarang penggunaannya.
Bahasa yang di gunakan dicampur-campur
Pada
pembicaraan kepada teman sepermainan yang berasal dari desa lain cenderung
menggunakan bahasa campuran yaitu bahasa madura dan bahasa Indonesia, terkadang
pola memakai bahasa madura yang dibahasaIndonesiakan,dengan ini maka kesantun
dalam berbahasa tidak akan tampak malah cenderung tidak ada.
Perhatikan saja contoh dialog
berikut.
Bahasa
yang digunakan di campur-campur dengan bahasa Indonesia.
Sugik : “ Mas kakinya itu kenapa?”
:Joko : “ Saya habis labu
barusan.”
Sugik : “ Gimana mas,,esak?”
Joko : “ Esak,reah cuman bengkak disini.!
Sugik : ” Mak bissah tagger labu mas?”
Joko : “ Ya,barusan tak koat nahan sapeda ekececce’en saya pas muak
rebbe dari poreng,
Oya gik buruh saya lihat mak tak mukkak
bengkellah?”
Sugik : “ Oya mas,saya gerring mungkin selasa bukkaknya.”
Joko : “ Pantesan pagerreh etotop semua,napa gak bapak aja yg
bukkak?”
Sugik : “ Bapak tak bisah mas, bapak ngoroseh senanem cabbih.”
Joko : “ Tadi pagi saya ke cacak mu, saya tanyak
kamu,
katanya cacaknya, kamu gerring.”
Sugik : “ Ya,,mas udah 4 hari saya sakit, palang tadek pamasokan sakaleh
mas.”
Dari percakapan
ditas terlihat bahwa kesantunan dalam berbahasa sudah terkontaminasi dengan
bahasa indonesia.
Kemungkinan pemakaian bahasa seperti ini sudah biasa dilakukan agar terkesan
gaul, masyarakat desa terutama jika menggunakan bahasa indonrsia dalam
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari itu tabu, sehinga penggunaan bahasa
madura dicampur bahasa indonesia supaya
terkesan gaul.
Percakapan dalam keluarga terutama adik dan kakak.
Dalam
percakapan suatu keluarga juga terdapat kepudaran dalam kesantunan berbahasa.
Banyak terdapat penyimpangan dalam berbahasa, mereka tidak perduli dengan siapa
dia berbicara walaupun sudah terdapat sebutan kata kak yang menunjukkan bahwa
mereka sedang berbicara terhadap yang lebih tua tetapi isi dari pembicaraan
tersebut masih menunjukkan pengguna bahasa masih menggunakan bahasa daerah yang
agak koyar.
Percakapan
Nurul : “ Dek, gellek be’en dekmah?”
Zaenul : “ Enjek, kak, engkok tak
dekmah”
Nurul : “ Seah masa’rah< jek maseh gellek ben
agonjeng cewek!”
Zaenul : “ Enjek, kok gellek bing
tang kancah.”
Nurul : “ Uhuy-uhuy, kanca ca’na!”
Zaenul : “ Reh tak partajeh, ya ya
weslah ca’na be’en”
Nurul : “ Dek, lapar kok, melle aghi mie yak!”
Zaenul : “ Enjek rah, jelen dhibik
beih”
Nurul : “ Mara ra, mak dekyeh, mun erosoro setuaan
reah kodu norot”
Zaenul : “ Jek, kok males”
Dari data diatas bahwa menunjukkan
penggunaan bahasa madura dalam kehidupan sehari-hari masih belum terdapat
kesantunan dalam penggunaannya.
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan diatas dapat di pahami bahwa kesantunan berbahasa dalam lingkungan
Sumberpandan sudah mengalami kepudaran, hal ini dapat diketahui oleh
percakapan-percakapan dalam telepon, dalam keluarga, bahwa kesantunan daerah
muali memudar, dengan demikian menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak mampu
menjaga budaya bangsa yang ditunjukkan dengan memudarnya kesantunan berbahas
dalma masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar