Disusun
Oleh:
Muhammad Nurul Hidayah (090210402113)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Berbicara
tentang bahasa, manusia memang memerlukan bahasa dalam berkomunikasi.Bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. Artinya bahwa bahasa
adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan yang murni
manusiawi, dengan pertolongan sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan
sengaja. Penyampaian informasi atau pesan tersebut tentunya dengan menggunakan
kalimat. Maka, agar pesan yang disampaikan oleh penutur dapat diterima oleh
penerima hendaknya perlu memperhatikan penyusunan kalimat efektif
Media masa
merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan suatu pikiran, salah satunya adalah koran. Penulisan koran
hendaknya memerhatikan penulisan kata atau morfem sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pengetikan.
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi,
2003:311). Selanjutnya Werdiningsih (2006:77-78) menjelaskan bahwa kalimat
adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah
yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif
lengkap. Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf
kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan pengunaan tanda titik, tanda
seru, atau tanda tanya pada akhir kalimat.
Beberapa
koran yang dianalisis penulis, ternyata redaksi yang bersangkutan tidak
terlepas dari kesalahan-kesalahan pembentukan kata atau tataran morfologi.
1.2. Rumusan Masalah
a.
Apa kesalahan yang
terjadi dalam Koran Surya?
b.
Bagaimana kesalahan itu
bisa terjadi dalam Koran Surya?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kesalahan yang terjadi dalam Koran Surya.
b. Mengetahui
bagaimana kesalahan itu bisa terjadi dalam
Koran Surya.
BAB II
ISI
2.1. Landasan
Teori
Ragam
tulis maupun ragam lisan dapat terjadi
kesalahan dalam pembentukan kata atau
tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi antara
lain: penghilangan afiks, bunyi yang harus diluluhkan tetapi tidak dilulukan,
peluluhan bunyi yang sesungguhnya tidak diluluhkan, penggantian morf,
penyingkatan morf mem-, men-, meng- meny-, dan menge-,pemakaian afiks yang tidak tepat,
penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan pengulangan kata
majemuk yang tidak tepat.
a. Penghilangan
Afiks
1. Penghilangan
Prefiks meng-
Sering
dijumpai dalam setiap tulisan adanya gejala penghilangan prefiks meng-
pada kata bentukan. Hal ini terjadi disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya
tidak perlu terjadi karena justru merupakan pemakaian yang salah. Memang dalam
bahasa kita ada istilah “ ekonomi bahasa” artinya kita harus menggunakan bahasa
sehemat mungkin, namun penghematan ini jangan sampai merusak kaidah bahasa. Bentuk-bentuk penghilangan awalan meng-
dapat dibenarkan hanya pada kepala berita dalam surat kabar atau media cetak,
sedangkan beritanya atau pada tulisan resmi lainnya untuk menghilangkan awalan meng-
tidak dibenarkan.
2. Penghilangan
Prefiks ber-
Pemakai
bahasa Indonesia menghilangkan Prefiks ber-
pada kata-kata bentukan, seharusnya hal ini tidak perlu terjadi. Prefiks ber-
yang tidak dieksplisitkan tentu saja tidak dibenarkan.
b. Bunyi
yang Seharusnya Luluh Tidak Diluluhkan
Sering kita jumpai kata
dasar yang berfonem awal /k/, /p/, /s/,
atau /t/
tidak diluluhkan saat mendapat prefiks meng-
atau peng-. Sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, kata yang ber fonem awal /k/,
/p/, /s/, atau /t/ luluh menjadi bunyi nasal atau bunyi sengau,
yaitu /s/ menjadi /ny/, /t/ menjadi /n/, /k/ menjadi /ng/ dan
/p/ menjadi /m/ .
c. Peluluhan
Bunyi yang Seharusnya Tidak Luluh
Kata dasar yang
berfonem /c/ sering kita lihat
menjadi luluh jika mendapat prefiks meng-.
Berdasarkan kaidah pembentukan kata, jika prefiks meng- melekat pada kata
dasar yang berfonem awal /c/ , maka
alomorf prefiks meng- adalah men-
bukan prefiks meny-.
d. Peluluhan
Bunyi-bunyi Gugus Konsonan yang Tidak Tepat
dalam praktikya sering
dijumpai pemakaian bentukan kata yang berasal dari gabungan prefiks meng-
dan kata dasar berfonem awal gugus
konsonan. Penggabungan tersebut meluluhkan gugus konsonan. Hal ini salah karena
menurut kaidah bahasa Indonesia gugus konsonan /pr/, /st/, /sk/, /tr/, /sp/, atau /kl/ pada awal kata dasar
tidak luluh jika dilekati dengan prefiks meng-.
e. Penggantian
Morf
1. Penggantian
Morf
menge- menjadi Morf yang Lain
sering
dijumpai dalam pemakaian bahasa, terutama kata dasar yang bersulku satu.
Prefiks meng- akan beralomorf menjadi
menge- jika prefiks tersebut melekat
pada kata dasar bersuku satu. Demikian juga jika kata dasar itu diberi prefiks per- dan per-/-an
akan menjadi penge- dan penge-/-an.
2. Morf
be- Tergantikan Morf ber-
Kesalahan
yang sering terjadi dalam pembentukan kata pada pemakaian morf be- yang tergantikan morf ber-. Hal tersebut salah karena kaidah
bahasa Indonesia morf ber- akan
berubah menjadi be- jika bertemu dengan kata dasar yangg berfonem
awal /r/ dan kata dasar yang suku
pertamanya berakhir [er].
3. Morf
bel- Tergantikan ber-
Kasus kesalahan
ditemukan pula pada pemakaian morf bel- yang ter gantikan ber-. Kata dasar ajar dan unjur
jika dilekati prefiks ber-
maka akan menjadi belajar dan belunjur.
4. Morf
pe-
Tergantikan Morf per-
Kesalahan
yang sering terjadi dalam pembentukan kata pada pemakaian morf pe- yang tergantikan morf per-. Hal tersebut salah karena kaidah
bahasa Indonesia morf ber- akan
berubah menjadi pe- jika bertemu dengan kata dasar yangg berfonem
awal /r/ dan kata dasar yang suku
pertamanya berakhir [er].
5. Morf
pel- Tergantikan per-
Kasus
kesalahan ditemukan pula pada pemakaian morf pel- yang ter gantikan per-.
Kata dasar ajar menjadi pelajar atau pelajaran.
6. Morf
te- yang Tergantikan Morf ter-
Kesalahan
yang sering terjadi dalam pembentukan kata pada pemakaian morf te- yang tergantikan morf ter-. Hal tersebut salah karena kaidah
bahasa Indonesia morf ter- akan
berubah menjadi te- jika bertemu dengan kata dasar yangg berfonem
awal /r/ dan kata dasar yang suku
pertamanya berakhir [er].
f. Penyingkatan
Morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-
Morfem terikat
pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng- adalah mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-.
Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai sering menyingkat morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge- menjadi m-,n-,
ng-, ny-,dan nge-. Pemakaian ini menyebabkan pemakaian bentuk kata yang
salah.
g. Penggunaan
Afiks yang Tidak Tepat
1. Penggunaan
Prefiks ke-
Penggunaan
bentukan kata yang berprefiks ke- sebagai padanan dari yang berprefiks ter-. Hal ini salah karena ini merupakan
pengaruh dari bahasa daerah(Jawa atau Sunda).
Contohnya kebakar, keburu, dan ketarik yang benar adalah terbakar, terburu, dan tertarik.
2. Penggunaan
Sufiks –ir
Pemakaian
sufiks –ir tidak tepat karena ini merupakan penyerapan
dari bahasa Belanda. Sebagai penggantinya disarankan untuk menggunakan
penyerapan dari bahasa Inggris yaitu –asi.
Contohnya proklamir, legalisir,
konfrontir menjadi proklamasi, legalisasi, dan konrontasi
h. Penentuan
Bentuk Dasar yang Tidak Tepat
1. Pembentukan
Kata dengan Konfiks di-...-kan
Pembentukan
kata yang sering salah adalah pada saat kata ketemu diberi konfiks di-...-kan sehingga kata tersebut menjadi diketemukan. Kata tersebut tidak benar
karena kata dasarnya adalah temu, tentu bentukan kata yang benar
menjadi ditemukan..
2. Pembentukan
Kata dengan Prefiks meng-...
Kaidah
pembentukan kata yang memunyai prefiks meng- yang melekat pada bentuk dasar yang berfonem
awal vokal /u/ alomorfnya menjadi meng-.Prefiks meng- yang melekat pada bentuk dasar yang berfonem
awal /p/ alomorfnya menjadi mem-. Prefiks meng- yang melekat pada bentuk dasar yang berfonem
awal /t/ alomorfnya menjadi men-.
3. Pembentukan
Kata dengan Sufiks –wan
Kaidah
bahasa yang baku, unsur-unsur pembentuk kata-kata ilmiah+wan menjadi ilmuan
i.
Penempatan Afiks yang
Tidak Tepat pada Gabungan Kata
Sejalan dengan kaidah,
gabungan kata bila mendapat prefiks dan sufiks sekaligus, maka prefiks tersebut
dilekatkan di depan (sebelum) kata pertama dan sufiks diletakkan diakhir
(setelah) kata kedua dengan penulisan serangkai.
j.
Pengulangan Kata Majemuk yang Tidak Tepat.
Gabungan morfem dasar
tersebut ada yang sudah berpadu benar dan ada pula yang dalam proses berpadu
secara lengkap atau utuh. Kata majemuk yang sudah dianggap berpadu dengan benar
jika diulang, pengulangannya berlaku seluruhnya. Kata majemuk yang belum
berpadu dengan benar dalam penulisannya nasih berpisah jika diulangsebagian
atau diulang seluruhnya
2.2.
Pembahasan
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan
dengan bahasa tulis. Kesalahan dalam bidang morfologi dapat berupa penghilangan
afiks. Peluluhan bunyi yang salah dan penggantian morf.
2.2.1
Penghilangan
Afiks
1) Penghilangan
Prefiks ber-
Data:
-
Saya yakin fans akan
berada di belakang kami dengan kekuatan besar saat kami kembali main di kandang sendiri.
Analisis:
Dari kalimat di atas terjadi kesalahan karena telah menghilangkan afiks ber- pada seharusnya ada pada kata main.
Kata main pada kalimat di atas merupakan
kata dasar yang menduduki predikat pada kalimat. Sesuai kaidah bahasa Indonesia
yang baku, dalam kalimat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber- yaitu menjadi bermain. Sehingga kalimatnya menjadi:
-
Saya yakin fans akan
berada di belakang kami dengan kekuatan besar saat kami kembali bermain di kandang sendiri.
Data:
-
Ada yang beda pada hari itu.
Analisis:
Dari kalimat di atas terjadi kesalahan karena telah menghilangkan afiks ber- pada seharusnya ada pada kata beda.
Kata main pada kalimat di atas merupakan
kata dasar yang menduduki predikat pada kalimat. Sesuai kaidah bahasa Indonesia
yang baku, dalamm kalimat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber- yaitu menjadi berbeda. Sehingga kalimatnya menjadi:
-
Ada yang berbeda pada hari itu.
2) Penghilangan
Prefiks meN-
Data:
-
Manajer Manchester
United, Sir Alex Farguson tengah bidik
gelandang muda Benfica, Axel Witsel.
Analisis:
Dari kalimat di atas termasuk laimat transitif. Sesuai dengan kaidah, kalimat
aktif transitif predikat kalimat harus berprefiks meN- , sehingga kalimat tersebut akan menjadi:
-
Manajer Manchester
United, Sir Alex Farguson tengah membidik
gelandang muda Benfica, Axel Witsel
Data:
-
Saya masih himpun data dari Kapolres Bima
Analisis:
Dari kalimat di atas termasuk laimat transitif. Sesuai dengan kaidah, kalimat
aktif transitif predikat kalimat harus berprefiks meN- , sehingga kalimat tersebut akan menjadi:
-
Saya masih menghimpun data dari Kapolres Bima
Data:
-
Saya sudah berikan angka-angka hitungannya
Analisis:
Dari kalimat di atas termasuk laimat transitif. Sesuai dengan kaidah, kalimat
aktif transitif predikat kalimat harus berprefiks meN- , sehingga kalimat tersebut akan menjadi:
-
Saya sudah berikan angka-angka hitungannya
Data:
-
Intinya partai Golkar katakan untuk saat ini tak perlu ada
kenaikan harga BBM.
Analisis:
Kalimat di atas termasuk kalimat transitif. Sesuai dengan kaidah, kalimat aktif
transitif predikat kalimat harus berprefiks meN-
, sehingga kalimat tersebut akan menjadi:
-
Intinya partai Golkar mengatakan untuk saat ini tak perlu ada
kenaikan harga BBM.
Data:
-
Kami sengaja tampilkan gaun ini di atas dengan
latar belakang bawah Jembatan Suramadu.
Analisis:
Kalimat di atas termasuk kalimat transitif. Sesuai dengan kaidah, kalimat aktif
transitif predikat kalimat harus berprefiks meN-,
sehingga kalimat tersebut menjadi seperti di bawah ini.
-
Kami sengaja menampilkan gaun ini di atas dengan
latar belakang bawah Jembatan Suramadu
Data:
-
Saya cari
data dimensi dari replika yang saya buat, lalu saya cari tenaga-tenaga ahli yang
sanggup mewujudkannya.
Analisis:
Pada kalimat di atas telah terjadi kesalahan berbahasa karena ada penghilangan
kata afiks yang seharusya tidak hilang. Kalimat di atas termasuk kalimat aktif
transitif. Sesuai kaidahnya, kalimat aktif transitif harus berprefiks meN-,
sehingga kalimat di atas menjadi:
-
Saya mencarii data dimensi dari replika yang saya buat, lalu saya mencari tenaga-tenaga ahli yang
sanggup mewujudkannya
Data:
-
Rata-rata
yang beli orang luar negeri, saya nggak hafal lagi berapa yang sudah laku.
Analisis: Kalimat di atas merupakan kalimat
transitif. Sesuai dengan kaidah kalimat aktif transitif predikat kalimat harus
berprefiks meN-, sehingga kalimat
tersebut berubah menjadi:
-
Rata-rata yang membeli orang luar negeri, saya nggak hafal lagi berapa yang sudah laku.
Memang
dalam bahasa Indonesia mengenal istilah “ekonomi bahasa” yang artinya kita
harus menggunakan kata dengan sehemat mungkin, akan tetapi tidak merusak makna
yang terkandung di dalamnya.
2.2.2
Peluluhan
Bunyi yang Salah
Bunyi yang seharusnya luluh tidak
diluluhkan.
Data:
-
Milan yang kesohor itu
percaya warna kostum mempengaruhi
hasil pertandingan
Analisis:
Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi /m/ kalau dasar kata yang
mengikutinya berawal dengan fonem/b/,/f/,/p/( Tarigan, 1988:28). Dari kalimat
di atas sudah jelas bahwa telah terjadi kesalahan dalam pembentukan kata.
Sesuai kaidah bahasa Indonesia kata yang
bercetak miring seharusnya fonem awalnya luluh dan menjadi bunyi nasal atau
bunyi sengau. Bentuk baku atau perbaikan dari kalimat di atas adalah:
-
Milan yang kesohor itu
percaya warna kostum memengaruhi
hasil pertandingan
Data:
-
Ibu Indah Wati mempunyai penyakit kanker theroit
stadium tiga.
Analisis:
Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi /m/ kalau dasar kata yang
mengikutinya berawal dengan fonem/b/,/f/,/p/( Tarigan, 1988:28). Dari kalimat
di atas sudah jelas bahwa telah terjadi kesalahan dalam pembentukan kata.
Sesuai kaidah bahasa Indonesia kata yang
bercetak miring seharusnya fonem awalnya luluh dan menjadi bunyi nasal atau
bunyi sengau. Bentuk baku atau perbaikan dari kalimat di atas adalah:
-
Ibu Indah Wati memunyai penyakit kanker theroit stadium
tiga.
Data:
-
Sejak tahun 2008 lalu
Eko Hadiprayitno mulai mengkonsumsi Sari
Bubuk Kedelai Murni Metabolis setelah membaca artikel kesehatan di koran.
Analisis:
Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi /ng/ kalau dasar kata yang
mengikutinya berawal dengan fonem/k/( Tarigan, 1988:28). Sesuai kaidah bahasa Indonesia kata yang bercetak
miring seharusnya fonem awalnya luluh dan menjadi bunyi nasal atau bunyi
sengau. Bentuk baku atau perbaikan dari kalimat di atas adalah:
-
Sejak tahun 2008 lalu
Eko Hadiprayitno mulai mengonsumsi Sari Bubuk Kedelai Murni Metabolis
setelah membaca artikel kesehatan di koran.
2.2.3
Penggantian Morf
Data:
-
Namun. Pada bulan
desember 2011 saat saya mencek ke
lokasi masih berupa sawah, belum ada pengurukan tanah apalagi pembangunan
rumah.
Analisis:
Prefiks meN- akan beralomorf menjadi menge-
jika melekat pada kata dasar yang bersuku satu. Seperti pada kalimat di
atas prefiks meN- melekat pada kata cek sehingga kata tersebut berubah menjadi mengecek. Maka kalimat di
atas seharusnya:
-
Namun. Pada bulan
desember 2011 saat saya mengecek ke
lokasi masih berupa sawah, belum ada pengurukan tanah apalagi pembangunan
rumah.
2.2.4
Penyingkatan Morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-
Data:
-
The
Special One akan ngotot
membawa pasukannya melaju ke final.
Analisis:
Morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa Indonesia
adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks
meng- adalah mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-.
Mungkin karena pengaruh bahasa daerah, pemakai sering menyingkat morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge- menjadi m-,n-,
ng-, ny-,dan nge-. Hal ini salah jika dilihat sesuai kaidah. Seharusnya
kalimat tersebut adalah:
-
The
Special One akan mengotot
membawa pasukannya melaju ke final.
2.2.5
Penulisan
Afiks yang salah
Data:
-
Kanker
di definisikan sebagai pertumbuhan
pertumbuhan tidak terkontrol, sel-sel yang menyerang dan menyebabkan
kerusakan pada jaringan sekitarnya.
-
Semua
penyakit tersebut jika tidak di Diagnosis dan di Obati sejak dini.
-
Begitu
juga Klinik Harapan Sehat yang sudah di
percaya di kalangan masyarakat bisa mengatasi berbagai penyakit kanker
payudara, nasofaring, getah bening/ kelenjar theroit, kulit, limforma, rahim,
pankreas dan penyakit dalam seperti strok, diabetes, liver dan lain-lain, cara
pengobatannya denganmetode Tradisional Chanese Madicene (TCM), akupuntur dan di gabungkan dengan pengobatan modern,
pengobatan tersebut tanpa Operasi, begitu juga yang di alami oleh ibu Indah
Wati yang mempunyai penyakit kanker
kelenjar theroit......
Analisis:
Pada kalimat di atas telah terjadi kesalahan penulisan, karena penulisan
afiksasi harus digabung dengan karena jika dipisah malah menjadi kata depan
atau oposisi. Sesuai kaidah penulisan maka kalimat tersebut menjadi:
-
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan
pertumbuhan tidak terkontrol, sel-sel yang menyerang dan menyebabkan
kerusakan pada jaringan sekitarnya.
-
Semua penyakit
tersebut jika tidak didiagnosis dan diobati sejak dini.
-
Begitu
juga Klinik Harapan Sehat yang sudah dipercaya
di kalangan masyarakat bisa mengatasi berbagai penyakit kanker payudara,
nasofaring, getah bening/ kelenjar theroit, kulit, limforma, rahim, pankreas
dan penyakit dalam seperti strok, diabetes, liver dan lain-lain, cara
pengobatannya denganmetode Tradisional Chanese Madicene (TCM), akupuntur dan digabungkan dengan pengobatan modern,
pengobatan tersebut tanpa Operasi, begitu juga yang dialami oleh ibu Indah Wati yang memunyai penyakit kanker kelenjar theroit......
2.2.6
Penulisan
bahasa asing yang salah
Apabila dalam penggunaan bahasa suatu
kata tidak ada dalam bahasa Indonesia maka penulisan harus dicetak miring untuk
membedakan dengan kata dalam bahasa Indonesia
Data:
-
Setelah hasil dari check
up laboratorium dan ST scain
mengatakan bahwa sel-sel kanker sudah hilang
-
Polisi sempat
menyemprotkan air dari kendaraan water cannon.
Analisis:
Pada kalimat di atas telah terjadi kesalahan penulisan karena ada penulisan
kata asing tidak dicetak miring, seharusnya kata dalam bahasa asing dicetak
miring seperti di bawah ini.
-
Setelah hasil dari check up
laboratorium dan ST scain mengatakan
bahwa sel-sel kanker sudah hilang.
-
Polisi sempat
menyemprotkan air dari kendaraan water
cannon.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berbicara tentang
bahasa, manusia memang memerlukan bahasa dalam berkomunikasi. Media masa
merupakan media yang digunakan untuk
menyampaikan suatu pikiran, salah satunya adalah koran. Penulisan koran
hendaknya memerhatikan penulisan kata atau morfem sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pengetikan.
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa kesalahan yang terjadi dalam Koran Surya terletak pada peluluhan bunya yang salah, penghilangan
afiks, penulisan afiks yang salah, penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-
, penulisan bahasa asing yang salah dan penggantian morf.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan et all. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kelompok
studi dan sastra. 1992. Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia. Malang: YA3 Malang.
Pateda, Mansoer. 1987. Analisis Kesalahan. Gorontalo: Nusa Indah.
Setyawati,
Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka
Surya. Edisi
jumat 30 maret 2012
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa
Bandung.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional.
Tim Penyusun. 2009. Ejaan
Yang Disempurnakan. Jakarta: Bumi Aksara.
Werdiningsih, Dyah. 2002. Menulis
I. Malang: FKIP Unisma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar